Keberatan Tampung Pasien Covid, Pengamat Sebut Risma Arogan
Pengamat kebijakan publik Surokim Abdussalam turut berkomentar tentang polemik keberatan Walikota Surabaya Tri Rismaharini, jika rumah sakit rujukan covid-19 di Surabaya menerima pasien dari luar daerahnya. Menurutnya sikap yang dilontarkan Risma selaku Kepala Daerah dinilai arogan dan mencederai kepentingan publik, karena mengesampingkan sisi kemanusiaan dalam pelayanan kesehatan.
"Surabaya mestinya ya nggak bisa kalau kemudian harus menolak warga non Surabaya, karena kan Surabaya kota metropolitan. Bahaya, menurut saya bahaya dalam situasi darurat seperti ini, itu termasuk menciderai kepentingan publik,"ucap Surokim, Selasa 12 Mei 2020.
Sebagai kota terbesar kedua, Surabaya memang menjadi magnet bagi warga daerah untuk mengadu nasib dan memperbaiki ekonomi. Terlebih dalam situasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di mana masyarakat yang terlanjur ada di Surabaya, dilarang untuk melakukan mobilitas dalam jumlah tinggi.
Menurut Dekan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Trunojoyo Madura itu, Pemkot Surabaya sudah kehilangan akal dalam penanganan covid-19. Jika mengacu pada alasan Rumah Sakit yang telah overload, mestinya Pemkot bisa menambah rumah sakit darurat untuk penanganan covid-19, atau bisa juga melakukan koordinasi dengan Pemprov.
"Itu kan bukan berdiri di atas pertimbangan kemanusiaan, yang perlu diberi solusi itu kan berarti menambah jumlah rumah sakit darurat" tuturnya.
Peneliti senior Surabaya Survey Center (SSC) itu juga menjelaskan, idealnya sebagai pemimpin, Walikota Risma lebih intens dalam melakukan koordinasi dengan Pemprov untuk memecahkan masalah tentang minimnya ketersediaan alat medis di Kota Surabaya.
Pasalnya, dari kedua pihak tentunya memiliki aset yang lebih seperti gedung-gedung pertemuan yang besar dengan fasilitas kamar yang bisa disulap untuk menjadi ruang medis. "Jadi menurut saya memang ego sektoral yang begitu harusnya berdiri di atas pertimbangan kemanusiaan, karena situasinya memang rumit," jelasnya.
Surokim menyarakan agar Walikota Risma bisa kembali kepada tujuan jati diri seorang pemimpin yang melindungi dan mengayomi kepentingan masyarakat tanpa mengedepankan ego sektoral, terlebih kepada atasannya.
"Kembalilah kepada jati diri kepemimpinan publik yang empatik, yang hadir melindungi, memberi harapan, memberi semangat, dan saling menguatkan. Bahasa saya kepemimpinan yang menguatkan" tuturnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Walikota Surabaya Tri Rismaharini mengaku keberatan telah menampung pasien covid-19 di Surabaya. Ia mengaku tidak rela jika upaya peningkatan fasilitas kesehatan yang dilakukan Pemkot Surabaya malah dipakai oleh warga dari luar Surabaya.
Ia juga mengklaim jika kondisi RS milik Pemkot Surabaya saat ini banyak menampung warga dari luar Kota Surabaya. Mayoritas dari pasien luar kota tersebut, langsung masuk ke Unit Gawat Darurat (UGD).
Selanjutanya Risma juga menyayangkan kepala daerah yang menyarankan melakukan rujukan ke Rumah Sakit Surabaya, yang saat ini kondisinya sedang overload.
“Nanti mereka (pasien luar kota) harus ikuti bagaimana protokolnya. Jadi nggak semua orang masuk (rumah sakit) terus diterima. Padahal protokolnya kan harus diikuti. Kalau sedang-sedang saja kenapa harus dirujuk di RS Surabaya,” kata Risma seperti dikutip Ngopibareng, pada Senin 11 Mei 2020.