Pengamat: Eri Cahyadi dan Arif Afandi Pas Dampingi MA
Bakal Calon Walikota Surabaya, Inspektur Jenderal Polisi (Purn) Machfud Arifin kiranya betul-betul harus bijak dalam menentukan satu nama yang akan dijadikan sebagai pasangannya untuk maju dalam Pemilihan Walikota Surabaya 2020, 9 Desember 2020 mendatang.
Pengamat politik Universitas Airlangga Surabaya, Dr Suko Widodo menyebut nama-nama di luar garis partai politik bisa menjadi pasangan yang tepat bagi Machfud agar tidak menimbulkan kecemburuan dalam koalisi yang akan berpengaruh pada suara ketika pemilihan nanti. Sebab, mayoritas partai telah memberikan dukungan padanya.
Ketika disinggung siapa pasangan yang cocok? Menurutnya, nama-nama dari kalangan birokrat atau akademisi yang bisa menjadi solusi yang tak hanya untuk menyelamatkan koalisi, juga nanti akan mempermudah kerja pemerintahan apabila terpilih.
Pemilihan birokrat juga menjadi solusi karena menurutnya, arah pembangunan yang kini dipimpin oleh Tri Rismaharini sudah on the track, dengan dukungan dari para birokrat.
“Kalau lihat jumlah partai pendukung cukup besar, kalau diambil satu akan terjadi saling iri, jalan tengahnya bisa dari birokrat akademisi atau tokoh di luar parpol. Surabaya sudah on the track saya kira orang pemerintahan bagus. Arif Afandi pernah di pemerintahan itu juga bisa di dalam tata jalan pemerintahan, karena Surabaya ini tata kelola pemerintahan sudah jalan tinggal diteruskan oleh orang yang punya pengalaman itu,” kata Suko kepada Ngopibareng.id, Senin 3 Agustus 2020.
Selain itu, Suko menyebut beberapa nama seperti Eri Cahyadi (Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surbaya), Irvan Widyanto (Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya), dan Hendro Gunawan (Sekretaris Kota Surabaya).
Namun harus diakui, kata Suko, jika pemilihan birokrat ini juga dilematis pasalnya sosok ketokohan dari calon juga sangat berpengaruh. Apabila dia tidak popular maka dulangan suara yang diberikan pun akan minim. Ini berbeda ketika yang dipilih salah satu kader partai yang sudah memiliki basis dukungan.
"Pilihan yang harus diputuskan apakah pemerintahan atua yang mampu mendulang suara. Saya kira harus tokoh baru yang bisa memberi warna. Ini bisa saja dari parpol, dia yang sudah punya popularitas dan kapabilitas. Misalnya, Pak Awey, Bu Reni, Pak Machmud, juga Pak Baktiono mereka yang bertahan di dewan pasti punya suara yang real konstituen," katanya.
Advertisement