Pengamat Sebut Hari Buruh dapat Mengganggu Pengguna Jalan
Hari Buruh (May Day) bagi beberapa orang ada yang mengatakan bahwa itu merugikan, sebut saja pengamat sosial dari Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat, Oryza Pneumatica Indrasari menyatakan, dampak psikologis dari hari tersebut tentu akan meresahkan masyarakat umum jika diperingati dengan cara berunjuk rasa di jalan raya.
"Aksi hari buruh dengan berunjuk rasa di jalanan berdampak pada penutupan akses jalan yang berakibat adanya gangguan bagi pengguna jalan lain," kata Oryza di Mataram.
Menurutnya, para pengguna jalan raya tentu akan merasa khawatir bila bertemu dengan para pengunjuk rasa yang nampak meluapkan emosi. Bahkan, bisa menyebabkan trauma pada anak-anak yang dibawa orang tuanya saat mengikuti aksi unjuk rasa di jalanan.
"Sehingga penilaian untuk yang tidak berkepentingan, hari buruh dapat diingat sebagai hari yang mencemaskan," kata Oryza.
Di satu sisi, unjuk rasa yang digelar memang dapat dimaklumi, mengingat relasi sosial yang dibangun antara buruh dan majikan terkadang bersifat eksploitatif. Hal itu nampaknya memang terjadi sehingga tuntutan buruh atas kehidupannya yang belum sejahtera menjadi perjuangan kelompok buruh.
"Nampaknya wajar bila hak belum terpenuhi, sementara kewajiban terus bertambah. Maka ketimpangan itu akan mendatangkan ketertindasan," ujarnya.
Melihat situasi seperti itu, pemerintah harus memainkan peran yang seimbang baik bagi perusahaan maupun bagi pekerjanya. Pemerintah harus melindungi dan membela hak-hak buruh sehingga dapat memberikan jaminan ketenangan bagi buruh untuk kesejahteraan hidupnya.
"Kuncinya adalah membangun hubungan kerja sama yang egaliter," kata Oryza. (ant)