Pengakuan Istri Pengasuh Ponpes Terduga Cabuli Santri di Jember
Setelah sempat menghindar saat dikonfirmasi sejumlah wartawan, HA, istri dari pengasuh salah satu Pondok Pesantren Syariah di Kecamatan Ajung, Jember akhirnya angkat bicara.
HA menegaskan bahwa informasi yang disampaikan ke penyidik Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Jember memang benar-benar terjadi.
HA saat ditemui di rumahnya mengatakan, hubungan dirinya dengan suaminya, selaku pengasuh santri putra sudah tidak harmonis sejak beberapa bulan terakhir. Tak hanya minim memberikan nafkah batin, suaminya, FH juga jarang memberikan nafkah lahir.
“Sejak beberapa bulan, hubungan saya dengan suami saya sudah tidak harmonis. Sangat jarang suami saya memberikan nafkah lahir dan batin,” kata HA, Jumat, 6 Januari 2023.
Meski sudah 10 tahun membangun rumah tangga, FH jarang tidur bersama dengan istrinya di kamar bawah. FH hanya turun ke kamar lantai satu untuk mengambil pakaian.
FH lebih sering berada di ruangan khusus yang ada di lantai 2. Ruangan itu selain difungsikan sebagai studio, juga sekaligus sebagai tempat tidur. FH sering tidur di ruang tersebut.
Ruang khusus itu, dilengkapi teknologi sidik jari dan PIN. Tak hanya itu, ruang tersebut memiliki dua pintu, salah satunya pintu rahasia yang tembus ke tempat santri putri tinggal.
Suatu malam, perasaan HA tiba-tiba tidak enak. Ia tidak bisa tidur hingga larut malam. Tiba-tiba muncul perasaan bahwa suaminya sedang berbuat sesuatu.
“Perasaan seorang istri tajam saat terjadi sesuatu pada suaminya. Saya akhirnya bangun untuk mengecek keadaan di luar pada pukul 23.30 WIB,” jelas HA.
Dalam keheningan malam, terdengar suara seperti seseorang sedang menutup pintu dari kamar ustazah AN. Meski demikian, HA tidak berani memastikan lebih jauh lagi.
Tak lama kemudian, terdengar suara seseorang sedang menggedor pintu di lantai 2. Lagi-lagi, HA tak berani memastikan lebih jauh soal itu.
Sampai akhirnya, HA melihat suaminya, FH masuk ke kamar ibunya. Sepintas, HA mendengar percakapan FH dengan ibunya.
“Saya tahu suami saya masuk ke kamar mertua saya. Katanya ada yang mau dibicarakan. Entah apa yang akan dibicarakan saat itu saya tidak tahu,” tambah HA.
HA terus berusaha mengumpulkan keberanian dan berhasil. Ia menemui ibu mertuanya yang sedang berbicara dengan suaminya.
HA menanyakan jika hal yang dibicarakan itu berkaitan dengan masalah dirinya dengan suaminya. Namun, dengan cepat dijawab oleh FH, bahwa tidak terjadi apa-apa.
Tak hanya itu, HA juga memberanikan diri menyampaikan kepada ibu mertuanya tentang kondisi rumah tangga yang dijalaninya bersama suaminya. Termasuk saat suaminya yang mengaku ingin menikah lagi. Ingin punya istri empat atau bahkan sembilan.
Tak lama kemudian, ibu mertua HA, mendatangi salah satu santri putri berinisial SN. Sejak saat itu diketahui bahwa, yang menggedor pintu tengah malam itu adalah SN.
Keesokan harinya, SN terlihat masuk ke kamar ibu mertua HA. Tidak biasa, SN saat itu menangis histeris.
Saat itu, HA memilih tidak terlalu memikirkan itu. Tepat pagi hari, HA pergi mengantarkan anaknya ke TK.
“Saat itu saya memilih pasrah kepada Allah. Jika memang ada yang berbuat zalim kepada saya. Saya memohon petunjuk kepada Allah,” lanjut HA.
Pukul 11.00 WIB, saat HA kembali dari sekolah TK. Ia mendapati suaminya bersama ibu mertuanya baru dari luar pondok.
Setelah ditanyakan, ternyata mereka mengantar santri putri berinisial SN. SN diantar pulang karena mengaku rindu terhadap almarhum ayahnya.
Saat itu, HA kaget. Semestinya SN sebagai santri di bawah asuhan HA pamit kepada HA. Itu sebagai budi dan akhlak sebagai santri kepada pengasuhnya.
Namun, HA tidak membesar-besarkan persoalan itu. HA langsung masuk ke kamar untuk beristirahat.
Tak lama kemudian, suaminya, FH tiba-tiba masuk kamar dan tidur di dekatnya. HA yang penasaran, pergi ke ruang khusus suaminya, yang berada di lantai 2.
Untuk menuntaskan rasa penasarannya, HA membuka HP milik suaminya. Ternyata ada banyak rekaman suara di HP tersebut.
Pertama, HA memutar rekaman yang berisi suara seseorang sedang menggedor pintu. Diketahui bahwa, yang menggedor pintu itu adalah SN, santri putri di pondok pesantren syariah itu.
Namun, HA kaget setelah mengetahui bahwa ternyata, SN menggedor pintu ruang khusus suaminya, karena cemburu. SN cemburu melihat FH, berduaan di kamar bersama ustazah AN.
Tak berhenti sampai di situ, HA memutar rekaman tertanggal 25 November 2022. Dalam rekaman itu terdengar jelas ada suara seperti seseorang sedang bercumbu dan juga ada suara khas perempuan saat melakukan adegan intim.
Tak hanya itu, HA juga membaca sebuah tulisan zaujati AN. Tak ingin menimbulkan fitnah, HA saat itu juga langsung mengonfirmasi terkait rekaman tersebut kepada ustazah AN.
Ustazah AN mengakuinya dengan jujur. Ustazah AN mengakui memang telah berduaan dengan suami HA di ruang khusus itu.
Sejak saat itu, HA menyadari bahwa santri berinisial SN juga menjadi korban dari suaminya, FH. SN diduga juga memiliki hubungan asmara dengan suami HA. Sehingga wajar cemburu saat melihat FH membawa perempuan lain ke dalam ruang khusus itu.
Sebenarnya, HA ingin menyalin rekaman itu. Namun, ternyata HP suaminya dengan cepat diprogram jarak jauh melalui komputer. HP itu tiba-tiba me-restart otomatis.
Setelah keburukan suaminya mulai terbongkar, HA juga mencari tahu alasan dipasang CCTV di beberapa sudut. Ternyata CCTV itu digunakan untuk mengawasi gerak-gerik AH, dengan tujuan agar perbuatan suaminya tidak diketahui.
“Rekaman CCTV itu juga ada di HP milik suami saya. Korban yang saya tahu sudah ada empat orang. Yakni satu ustazah dan tiga santri putri,” kata HA.