Penelitian: 1,5 Juta Anak di Dunia Mendadak Yatim akibat Covid-19
Lebih dari satu juta anak di dunia menjadi yatim piatu setelah orang tuanya wafat akibat Covid-19. Sedikitnya, 1,5 juta anak menjadi yatim akibat salah satu orang tuanya, atau pengasuhnya meninggal selama pandemi.
Penelitian tentang Anak Yatim
Tim gabungan dari sejumlah peneliti menghitung kematian di 21 negara yang bertanggungjawab atas 76 persen kasus Covid-19 di dunia.
Mereka menggunakan metode dan memvalidasi data setahun lalu, untuk memperkirakan jumlah anak-anak yang menjadi yatim akibat AIDS, untuk kemudian memperkirakan jumlah anak yang yatim akibat Covid-19.
Penelitian menyebut, setiap dua kematian akibat Covid-19, satu anak akan menjadi yatim. "Secara global, sejak 1 Maret 2020, hingga 30 April 2021, kami memperkirakan ada 1.34 juta anak yang menjadi yatim akibat kehilangan pengasuh utamanya, baik orang tua pun kakek atau nenek," tulis penelitian tersebut yang diterbitkan di jurnal Lancet, diterjemahkan dari cnn.com, pada Minggu 24 Juli 2021.
Terdapat pula 1.562 juta anak kehilanah salah satu orang tua atau pengasuh sekundernya.
Dampak Pandemi pada Anak Yatim
Anak-anak yang menjadi yatim akibat Covid-19 selama pandemi, akan mengalami sejumlah konsekuensi dalam jangka panjang. "Ada gangguan kesehatan mental, emosi, kekerasan seksual, dan kemiskinan keluarga. Ini meningkatkan risiko bunuh diri, kehamilan di usia anak, terpapar penyakit menular dan kronis seperti AIDS," kata penelitian tersebut.
Tak hanya kehilangan orang tua, kehilangan nenek dan kakek juga berdampak besar bagi anak yatim, terutama pada negara dengan nenek dan kakek menjadi pengasuh utama. Seperti di Amerika Serikat dan juga Inggris.
Rekomendasi Bantuan
Penelitian juga menyebut jika lembaga yatim piatu atau rumah aman bagi anak mengalami kekurangan sumber daya untuk memberikan pengasuhan yang memadai, akibat Covid-19.
Penelitian lantas merekomendasikan sejumlah langkah yang harus segera dilakukan. Pertama merekomendasikan vaksin bagi siapapun, serta menerapkan protokol kesehatan, untuk mencegah kematian dalam klaster keluarga. Bantuan yang memadai juga harus segera diberikan tim kesehatan pada klaster keluarga.
Selain itu, lingkungan setempat juga didorong memberikan bantuan baik ekonomi, pendidikan, serta kesehatan mental bagi keluarga yang terdampak pandemi. (Cni)
Advertisement