Peneliti Unair Sebut Empat Penyebab Paus Mati di Madura
Fenomena 45 paus yang terdampar di Desa Patreman, Modung, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, cukup mengejutkan. Kejadian terdamparnya paus ini diketahui sekitar pukul 17.00 WIB, Kamis 18 Februari 2021.
Diketahui, puluhan paus tersebut teridentifikasi sebagai paus pilot, paus dengan sirip pendek atau short fin pilot whale (Globicephala macrorhynchus). Penyebab kematian paus-pasu tersebut juga turut mendapat perhatian dari peneliti sekaligus Wakil Dekan Penelitian, Publikasi, Kolaborasi, dan Relasi Publik Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga (FPK UNAIR) Dr. Eng. Sapto Andriyono, S.Pi., M.T.
"Sekawanan paus pilot tersebut diduga mati karena cuaca ekstrim. Mengingat, cuaca ekstrim terjadi beberapa minggu terakhir," kata Sapto.
Selain alasan cuaca, ia juga membeberkan beberapa alasan penyebab paus-paus tersebut meninggal secara massal. Berikut pemaparannya:
1. La Nina dan El Nino
Dengan asumsi fenomena alam, sekawanan paus pilot bermigrasi ke wilayah yang lebih tenang dan berusaha berteduh dari kondisi badai laut. Namun, dugaan disorientasi ke wilayah yang semakin dangkal menyebabkan sekawanan paus justru berenang ke arah perairaan selat Madura yang lebih dangkal.
“Fenomena alam La Nina dan El Nino juga memungkinkan perubahan magnetik di laut. Perubahan itu dapat berpotensi mengubah sistem sonar pada paus,” ungkap dosen mata kuliah biologi laut tersebut.
Kejadian serupa terjadi pada Juni 2016. Menurut Sapto, kejadian tersebut sangat mungkin terjadi dengan kondisi yang sama dengan kasus di Bangkalan. Namun, sekawanan paus pilot itu mengarah ke selatan selat Madura, hingga akhirnya merapat di Perairan Probolinggo. Dari kasus saat itu dilaporkan 10 paus mati dari kawanan paus yang berjumlah 32 ekor.
2. Tingkah Laku, Umur dan Penyakit
Selain cuaca, Sapto menegaskan bahwa kematian paus memiliki beragam aspek yang masih perlu mendapatkan kajian secara mendalam. Baik dari sisi habitat tempat hidupnya, behavior-nya yang hidup dalam kelompok, maupun kemungkinan penyakit pada paus Alpha (pemimpin) yang menyebabkan anggota kelompok paus tersebut ikut mati.
3. Pencemaran di Laut
Masalah pencemaran di daratan serta banyaknya pencemaran sampah plastik yang terus meningkat juga menyebabkan kualitas perairan pesisir laut semakin menurun. Di sisi lain, paus melakukan migrasi ke daerah itu dalam rangka mencari kawasan yang tenang dan aman.
“Dengan kondisi sedimentasi yang tinggi dan pencemaran domestik berupa sampah dan plastik yang juga tersebar,ini menjadikan tingkat stres paus-paus yang terdampar sangat tinggi,” paparnya.
4. Aktivitas Manusia
Dari beberapa video amatir yang diamati Sapto, terlihat masyarakat yang tengah asyik berfoto-foto dan bahkan menaiki paus yang dalam kondisi yang semakin stres. Menurutnya, kesadaran masyarakat terkait ekosistem laut perlu menjadi perhatian dan kajian ke depan. Terutama terkait dengan pengetahuan terhadap biota dan ekosistem laut.
Fenomena itu juga menjadi kesempatan untuk melakukan evaluasi dalam upaya kampanye ekosistem laut ke depannya. “Warga yang berkerumun di sekitar ikan paus yang mencoba memberikan air pada paus, namun kemungkinan dilakukan pada bagian dekat blow hole (Lubang pernapasan terletak berdekatan dengan bagian depan kepala dan condong ke kiri). Ini malah menyebabkan mamalia laut stres akibat sulit bernafas,” terangnya.
Sapto juga mengungkapkan bahwa upaya perbaikan kualitas lingkungan laut masih menjadi tugas besar bagi kita bersama.
Advertisement