Peneliti Unair: ARV Masih Efektif Bagi Penderita HIV di Indonesia
Obat Antiretroviral (ARV) masih efektif digunakan bagi penderita HIV di Indonesia. Karena ARV mampu menekan mutasi virus di dalam tubuh.
Hal ini diungkapkan peneliti resistensi ARV dari Universitas Airlangga, Prof Dr Nasronudin, dalam rilisnya, Jumat, 4 Oktober 2019.
Dikatakan Prof Nasron, sapaannya, Indonesia menjadi negara di Asia Tenggara yang terus mengalami kenaikan jumlah penderita HIV. Sehingga perlu adanya penelitian mengenai resistensi obat ARV.
"Penelitian ini sangat penting. Dalam penelitian ini kami mencoba untuk mengumpulkan informasi terkait resistensi obat sebelum muncul gejala klinis di masyarakat," katanya.
Kata Prof Nasron, penelitian terkait resistensi obat ARV tersebut mengambil sampel darah dari pasien HIV-AIDS. Ada dua kelompok yang diambil sampel darahnya, yaitu pasien terinfeksi HIV yang belum mendapatkan obat ARV sama sekali dan pasien yang telah mendapatkan obat ARV selama enam bulan atau lebih.
"Dua-duanya kita periksa untuk ditentukan dan diprediksi ada tidaknya resistensi. Baik yang belum atau yang sudah mendapat ARV," kata Direktur Rumah Sakit Universitas Airlangga (UNAIR).
Penelitian menggunakan teknik polymerase chain reaction (PCR), yaitu sebuah metode untuk memperbanyak DNA secara enzimatik tanpa menggunakan organisme. Kemudian dianalisis menggunakan teknik sequencing DNA atau pengurutan DNA.
Hasilnya, tidak ada mutasi primer yang terdeteksi. Sementara mutasi sekunder terdeteksi pada 5 persen dari seluruh jumlah sampel.
"Terdapat mutasi tapi tidak mayor (besar, red), hanya minor (kecil, red). Jadi disimpulkan bahwa mutasi masih sangat sedikit dan pengobatan ARV di Indonesia masih sangat efektif," katanya.
Menurut Prof Nasron, ARV masih berpotensi untuk mampu mengangkat kualitas hidup dari pasien. Baik pasien HIV atau pasien dengan AIDS.
Selain itu, Prof Nasron juga menjelaskan bahwa tata kelola infeksi HIV antara lain adalah obat yang diberikan dapat diterima oleh pasien, tidak menimbulkan efek samping.
Kemudian, obat memiliki kemampuan menyembuhkan yang bagus sehingga kondisi klinis pasien membaik. Secara virologi (ilmu terkait virus), jumlah virus dari waktu ke waktu semakin menurun.
Pada pasien AIDS stadium empat, rata-rata virus yang ada pada tubuhnya adalah 100 ribu virus per cc darah. Kemudian, apabila mengonsumsi ARV kombinasi secara teratur selama enam bulan akan menjadi 50 virus per cc darah. Jika dilanjutkan sampai dua tahun, jumlah virus menjadi 5 virus per cc darah.
Manusia kurang lebih memiliki 5000 cc darah di dalam tubuhnya. Sehingga, meskipun virus pada darah tersisa 5 virus per cc darah, maka jumlahnya masih tetap tinggi dan tetap berpotensi menular pada pihak lain.
"Tapi tentu saja 5 virus per cc darah itu jauh lebih rendah dibanding 100 ribu virus per cc darah," kata Prof Nasron.