Peneliti BRIN Ungkap soal Keberadaan Harimau Jawa
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan penelitian keberadaan Harimau Jawa atau panthera tigris sondaica. Penelitian ini dilakukan atas respon Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengategorikan harimau Jawa Panthera tigris sondaica sejak 1980an telah punah berdasarkan assesment pada 2008 dari IUCN.
Sebagai catatan penampakan terakhir Harimau Jawa terkonfirmasi di Meru Betiri Taman Nasional, Jawa Timur pada 1976. Sementara saat ini, hanya Harimau Sumatera P. tigris sumatrae yang masih tersisa di Indonesia. Kini, setelah 43 tahun harapan baru muncul.
Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN Wirdateti menyebut adanya temuan sehelai rambut Harimau Jawa. Lokasinya di pagar pembatas antara kebun rakyat dengan jalan desa Cipeundeuy, Sukabumi Selatan, Jawa Barat.
“Rambut tersebut ditemukan oleh Kalih Reksasewu atas laporan Ripi Yanuar Fajar yang berpapasan dengan hewan mirip Harimau Jawa yang dikabarkan telah punah, pada malam hari 19 Agustus 2019. Ripi adalah seorang penduduk lokal yang berdomisili di Desa Cipeundeuy, Sukabumi Selatan, Jawa Barat,” tuturnya Wirdateti dikutip BRIN pada Selasa 26 Maret 2024.
Dikatakan Wirdateti dari serangkaian analisis DNA komprehensif yang telah dilakukan, tim menyimpulkan sampel rambut harimau yang ditemukan di Sukabumi Selatan adalah Harimau Jawa. Termasuk dalam kelompok yang sama dengan spesimen Harimau Jawa koleksi Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) pada 1930.
Menurutnya, keyakinan itu diperkuat oleh prosedur ilmiah lainnya yang telah dilakukan. Selain menemukan rambut, dari lokasi juga ditemukan bekas cakaran mirip harimau yang semakin menguatkan penelitian untuk melakukan observasi lanjutan.
Identifikasi awal peneliti adalah melakukan studi perbandingan sampel rambut harimau yang ditemukan di Sukabumi Selatan dengan spesimen Harimau Jawa koleksi MZB. Kemudian beberapa subspesies sampel harimau lain, yaitu Harimau Bengal, Amur dan Sumatra, serta Macan Tutul Jawa yang digunakan sebagai kontrol.
“Hasil perbandingan antara sampel rambut Harimau Sukabumi menunjukkan kemiripan sebesar 97,06 % dengan Harimau Sumatera, dan 96,87 dengan Harimau Benggala. Sedangkan spesimen Harimau Jawa koleksi MZB memiliki 98,23 kemiripan dengan Harimau Sumatera,” jelas Werdateti.
Sementara itu, hasil studi pohon filogenetik menunjukkan sampel rambut Harimau Sukabumi dan spesimen harimau koleksi MZB berada dalam kelompok yang sama. Tapi terpisah dari kelompok subspesies harimau lain. Selanjutnya, Macan Tutul Jawa berdasarkan sampel yang diperoleh dari spesimen MZB.
Untuk memperkuat observasinya, Wirdateti bersama tim melakukan wawancara mendalam dengan Ripi Yanuar Fajar yang melihat harimau tersebut. Wawancara dilakukan saat survei pada 15-19 Juni 2022 pada lokasi ditemukannya sampel rambut.
Wirdateti menjelaskan, analisis genetik DNA memiliki tingkat sensitifitas yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan konservasi dan mengklarifikasi ketidakpastian taksonomi. Berikutnya, merekonstruksi filogeografi dan demografi untuk menyelidiki nenek moyang genetik subspesies.
Harimau Jawa merupakan hewan endemik Pulau Jawa dan tersebar luas di hutan dataran rendah, semak belukar, dan perkebunan. Sayangnya, sejak hewan ini diburu karena dianggap hewan penganggu dan habitatnya diubah menjadi lahan pertanian dan infrastruktur, keberadaanya semakin hilang.
Lalu apakah Harimau Jawa masih ada di alam liar? Menurut Wirdateti, soal ini masih perlu dikonfirmasi dengan studi genetik dan lapangan lebih lanjut.