Peneliti BRIN Sebut Musim Hujan Mundur, Ini Penjelasan BMKG Juanda
Peneliti Cuaca dan Perubahan Iklim Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Profesor Erma Yulihastin, memprakirakan udara panas dan kering masih akan bertahan hingga dasarian pertama bulan November 2024. Hal ini kemudian berdampak pada mundurnya musim hujan di Indonesia. Termasuk di Jawa Timur.
Saat dikonfirmasi, Prakirawan Cuaca BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Arif Krisna mengatakan, saat ini secara umum Jawa Timur telah memasuki musim hujan. “Sesuai rilis dari Stasiun Klimatologi Jatim, awal musim kemarau di sebagian wilayah Jatim diprakirakan maju dan normalnya sebagian besar untuk musim hujan diprakirakan terjadi pada November,” kata Arif kepada Ngopibareng.id, Kamis 31 Oktober 2024.
Dari prakiraan sendiri, awal musim hujan sudah mulai terjadi pada September 2024 di wilayah Pronojiwo dan Tempusari, Lumajang, dan wilayah Ampelgading, Kabupaten Malang. Sedangkan, pada Oktober 2024 terjadi di 13 kabupaten/kota. Hanya saja, ia mengaku belum bisa melakukan evaluasi terkait pengamatan aktual karena untuk data lengkap masih menunggu periode Oktober selesai.
Terkait dengan panas menyengat yang dirasakan masyarakat di sejumlah daerah, Arif mengatakan, karena awal musim hujan yang terjadi tidak sama. “Beberapa wilayah masih belum memasuki musim hujan di Jatim yang mana kondisinya masih dominan cerah berawan. Sedangkan kondisi suhu tinggi pada saat musim kemarau masih dalam kategori normal yang menjadi siklus tahunan,” ujarnya.
Sebelumnya, Peneliti Cuaca dan Perubahan Iklim BRIN Profesor Erma Yulihastin memprakirakan udara panas dan kering masih akan bertahan hingga dasarian pertama bulan November 2024. Sebabnya terjadi anomali cuaca di Asia.
Seperti diberitakan Ngopibareng sebelumnya, Prof Erma membuat prakiraan berdasarkan data dari Kamajaya BRIN. "Awal musim hujan tertunda karena monsun Asia yang identik dengan musim hujan, baru akan eksis dan homogen di Indonesia pada awal Desember 2024," cuitnya dilihat di X, pada Rabu 30 Oktober 2024.
Ia melanjutkan, sinyal La Nina memang menguat. Namun musim hujan akan tetap tertunda lantaran anomali cuaca global di Asia. Anomali tersebut menurutnya banyak mempengaruhi kondisi cuaca di Indonesia.
Meski demikian, potensi hujan sporadis di Indonesia bagian barat berpotensi muncul pada dasarian kedua November 2024. "Pertumbuhan badai vorteks yang dapat terjadi mulai dasarian kedua November 2024 dapat meningkatkan hujan deras yang bersifat sporadis di barat Indonesia," imbuhnya.
Advertisement