Peneleh, Peradaban Tertua di Surabaya
Peneleh, seperti dalam buku "Er Werd Een Stad Geboren" (1953) , karya budayaaan-sejarawan Belanda keturunan Jerman, GH von Faber, dikisahkan sebagai kawasan permukiman tua yang sudah ada di tahun 1270 M.
Kawasan ini secara alami berada di delta sungai antara Kalimas dan Pegirian. Posisi ini sudah menjadi jujugan manusia sejak lama. Karena sungai dianggap sebagai sumber dan jalan kehidupan.
Meski buku-buku von Faber sejak lama jadi rujukan, namun belum ada petunjuk otentik tentang setua apa Surabaya akibat nihilnya temuan benda bersejarah era klasik.
Hingga temuan sumur Jobong pada 2018 silam di Pandean gang I, Peneleh, yang mengonfirmasi tesis von Faber, setengah abad lalu. Inilah bukti arkelogi tertua yang ditemukan di Surabaya.
Sumur berbahan dinding gerabah ini ditemukan ketika proyek gorong-gorong. Sumur ini adalah model sumur kuno yang banyak ditemukan di bekas ibukota kuno Majapahit, Trowulan. Umumnya konstruksi sumur ini dipendam bersap sap di bawah permukaan tanah.
Uniknya di area sumur termasuk di dalamnya, juga ditemukan kerangka manusia dan hewan. Kerangka ini kemudian diuji karbon untuk mengetahui usia, genetik, jenis kelamin, dan lain lain. Tim Australian National University di Canberra, Australia, yang menguji karbon menyimpulkan, kerangka ini adalah manusia yang hidup antara tahun 1400-an sampai 1600-an. Era kejayaan Majapahit.
Saat ini, Untuk memudahkan pengunjung melihat sumur jobong, dari dekat, Pemkot Surabaya membuat ruangan bawah tanah dengan ukuran lebar sekitar 1,5 meter dan panjang 2 meter serta kedalaman 1 meteran.
Ruang ini bisa dilihat dari permukaan sekaligus bisa diakses melalui pintu besi.
Uniknyq dan dari hasil uji DNA terhadap fragmen tulang yang dipadukan dengan hasil uji DNA berdasarkan air liur warga setempat, ternyata tulang manusia yang ada di dalam sumur ini identik 90 persen dengan warga Pandean yang diambil contoh air liurnya.
Ini menunjukkan bahwa warga sekitar sumur ini adalah warga keturunan asli yang terus menerus tinggal di daerah ini setidaknya enam abad.
Kini fragmen tulang itu dipajang di etalase kaca dekat sumur.