Penebangan Masif oleh Perhutani KPH Cepu, Antara Cuan dan Bencana
Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Cepu, Jawa Tengah, telah melakukan penebangan pohon jati dan rimba sebanyak ratusan ribu kubik. Data yang diperoleh selama tiga tahun terakhir, menunjukkan, sebanyak 111.545 m3 (meter kubik) kayu hutan telah ditebang.
Jumlah tersebut, merupakan hasil penebangan kayu hutan secara besar-besaran yang menggunduli lahan hutan seluas 4.898 ha (hektare) di wilayah KPH Cepu, tersebar di 12 Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH). Baik di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur maupun Kabupaten Blora Jawa Tengah.
Data yang diterima wartawan dari PPID Utama Perum Perhutani, Sofiudin Nurmansyah, menjelaskan, selama tiga tahun terakhir KPH Cepu membukukan pendapatan dari hasil penebangan pohon tersebut, total sebesar Rp392.321.154.000 (tiga ratus sembilan puluh dua miliar tiga ratus dua puluh satu juta seratus lima puluh empat ribu rupiah).
Diperoleh informasi, terjadi peningkatan pendapatan KPH Cepu yang signifikan dari tahun 2021 ke 2022 dan 2023. Pada tahun 2021 pendapatan diperoleh sebesar Rp138.878.016.000 (seratus tiga puluh delapan miliar delapan ratus tujuh puluh delapan juta enam belas ribu rupiah), dengan jumlah Kayu Jati sebanyak 27.009 m³ dan Kayu Rimba sebanyak 1.781 m³.
Kemudian tahun 2022 membukukan pendapatan sebesar Rp185.809.071.000 (seratus delapan puluh lima miliar delapan ratus sembilan juta tujuh puluh satu ribu rupiah), naik 33,77%, dengan jumlah kayu jati sebanyak 39.641 m³ dan Kayu Rimba 750 m³.
Pada tahun 2023 membukukan pendapatan sebesar Rp205.124.067.000 (dua ratus lima miliar seratus dua puluh empat juta enam puluh tujuh ribu rupiah) atau ada kenaikan 10,41% , dengan jumlah kayu Jati sebanyak 38.592 m³ dan Kayu Rimba sebanyak 750 m³.
Sementara terhadap luasan lahan terjadi penurunan tebangan pohon Jati dan Rimba dari tahun 2021 ke 2022 dan 2023. Lahan yang digunduli Perhutani selama tiga tahun terakhir, dimulai tahun 2021 seluas 2.188 ha untuk tebangan Pohon Jati dan 227 ha untuk tebangan Pohon Rimba.
Tahun 2022, seluas 1.736 Ha untuk Pohon Jati dan 129 Ha pohon rimba. Adapun tahun 2023 seluas 562 Ha untuk pohon Jati dan 56 Ha untuk pohon rimba.
Dari data tersebut, pohon jati masih mendominasi penebangan dan pendapatan terbesar bagi Perhutani KPH Cepu. Sementara, lokasi penebangan selama tiga tahun tersebut yang dilakukan pada setiap tahunnya terlihat tidak bergeser.
Tersebat di 12 BKPH, diantaranya BKPH Cabak, BKPH Nglebur, BKPH Ledok, BKPH Pasarsore, BKPH Blungun, BKPH Kendilan, BKPH Nglobo, BKPH Wonogadung, BKPH Pucung, BKPH Kedewan, BKPH Sekaran, BKPH Nanas.
Kepala BKPH Kendilan KPH Cepu, Samino, membenarkan adanya tebangan di wilayah kerjanya. Tepatnya di Dukuh Nglebok Kelurahan Tambakromo Kecamatan Cepu. “Kalau detil jumlah tebangan saya tidak tahu. Sementara luas lahan pohon yang ditebang, lebih dari 30 hektare,” ungkapnya Kamis 22 Februari 2024.
Sementara itu, dengan masifnya penebangan pohon di kawasan hutan Perhutani KPH Cepu, ada kemungkinan berdampak terhadap banjir yang terjadi di wilayah Kecamatan Cepu. Perlu kajian ilmiah untuk membuktikan dampak tersebut.
Kabid Sumber Daya Air, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Blora, Surat, menjelaskan, kalau sesuai dengan studi pustaka yang ada, banjir memang bisa disebabkan karena berkurangnya daerah resapan air di daerah hulu. “Salah satunya bisa karena berkurangnya kawasan resapan air yang ada di kawasan hutan,” ungkap Surat.
Namun, terkait terjadinya dampak banjir di wilayah Cepu, kata Surat, harus ada kajian ilmiahnya yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. “Untuk menentukan pengaruhnya signifikan apa tidak,” katanya.
Advertisement