Pendidikan Vokasi Sektor Pertanian Akan Dibangun di Pedesaan untuk Mencetak Petani Unggul
Plt Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikdasmen, Tatang Muttaqin menjelaskan pendidikan vokasi merupakan salah satu fokus utama dalam RPJMN IV 2020-2024. Tujuannya adalah meningkatkan produktivitas dan daya saing sumber daya manusia Indonesia melalui pendidikan dan pelatihan yang berorientasi pada kebutuhan industri dan pasar kerja.
Karena itu, pihaknya terus berupaya melakukan sinergi transformasi pendidikan vokasi dengan Perencanaan Pembangunan Nasional. Beberapa strategi utama yang dilakukan Ditjen Pendidikan Vokasi adalah meningkatkan kerja sama dengan industri, penguatan sistem pembelajaran, peningkatan kualitas pendidikan vokasi, penguatan sistem sertifikasi kompetensi vokasi dan peningkatan tata kelola kelembagaan.
Selama ini, masyarakat hanya mengenal pendidikan vokasi sektor teknik mesin, listrik, perkantoran, tata boga dan adanya hanya di pusat kota.
Ke depan, SMK sektor pertanian akan dibangun di daerah pertanian untuk mendorong anak muda menjadi petani dengan memanfaatkan perkembangan teknologi seperti di negara maju.
"Kita ingin mengubah kesan jadi petani itu rendah, selalu berkutat dengan bletokan atau lumpur," kata Tatang dalam bincang santai dengan forum wartawan pendidikan di Jakarta, Sabtu, 30 November 2024.
Menurut Tatang, bentuk implementasi dari strategi tersebut adalah SMK Pusat Keunggulan (SMK PK). Saat ini hampir 50 persen dari siswa SMK telah mendapatkan pembelajaran unggul dan relevan melalui kerja sama erat dengan industri.
Tercatat ada 975 mitra industri telah bekerja sama dengan SMK PK sejak tahun 2022. Kontribusi mitra industri pada pelaksanaan program SMK PK mencapai Rp841,7 miliar.
“Jumlah SMK PK dari tahun ke tahun terus meningkat, di mana pada 2024 tercatat 2.310 SMK PK dengan jumlah siswa 1,86 juta orang,” paparnya.
Guna meningkatkan pembelajaran berbasis produksi (produk/jasa) yang didukung dengan kemampuan manajemen dan fleksibilitas keuangan di SMK, Ditjen Pendidikan Vokasi, lanjut Tatang, pendidikan SMK telah mengembangkan teaching factory. Jumlahnya mencapai 11.496 SMK (84,5%) dengan kualitas baik dan sedang.
“Dari tahun 2021 hingga 2024 ini terdapat 330.569 Siswa SMK telah mendapatkan sertifikasi kompetensi yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja,” tambahnya.
Sedang untuk program upskilling dan reskilling telah membantu 51.904 PTK meningkatkan kompetensinya.
Tingkat Pengangguran Menurun
Pada kesempatan yang sama, Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan Badan Pusat Statistik (BPS) Ali Said mengungkapkan tingkat pengangguran lulusan SMK memang masih tinggi, tetapi ada kecenderungan terus menurun.
Berdasarkan data BPS, data tingkat TPT lulusan SMK tertinggi ada pada Februari 2022, yakni mencapai 10,39 persen. Jumlahnya berangsur menurun sampai pada Februari 2023 yang menjadi 8,64 persen. Namun per Agustus 2024 TPT lulusan SMK mencapai 9 persen.
BPS juga mendata distribusi pengangguran menurut pendidikan yang berbeda dengan TPT.
Dalam distribusi pengangguran ini, jumlah pengangguran dibagi dengan keseluruhan yang menganggur. Berdasarkan perspektif ini, lulusan SMA yang paling tinggi menganggur dibandingkan dengan lulusan SMK.
Adapun jurusan di SMK yang menjadi penyumbang pengangguran paling tinggi, menurut Ali Said adalah teknik otomotif, teknik informatika dan teknik mesin. Penyebab dari tingginya pengangguran di jurusan tersebut disebabkan karena banyaknya orang yang berminat. Di sisi lain jurusan tersebut harus bersaing degan perguruan tinggi yang tentu lulusannya memiliki skill yang lebih mapan.
“Karena lulusan SMK kan kalau kerja tentu harus sesuai dengan jurusannya. Sementara dia harus bersaing dengan perguruan tinggi dan lainnya. Itulah yang menjadi masalah tingginya angka pengangguran tingkat SMK,” kata Ali Said.
Berdasarkan hasil survei, jika dilihat dari lapangan usahanya, lulusan SMK paling banyak bekerja pada sektor perdagangan dan industri. Lalu jika melihat jenis pekerjaannya, lulusan SMK mayoritas bekerja pada pekerjaan blue collar (kerah biru).
Kalau kita melihat kebekerjaan setelah lulus, ternyata lulusan SMK memiliki waktu tunggu yang bervariasi, tetapi secara umum paling banyak memiliki waktu tunggu 0-2 bulan,” ujarnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus lalu telah merilis hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2024. Dalam survei tersebut diperoleh angka jumlah pengangguran terbuka mencapai 7,47 juta. Dari jumlah tersebut ternyata lulusan SMK menjadi salah satu penyumbang pengangguran terbanyak dengan persentase mencapai 9,01 persen.
Terhadap hasil survei tersebut, Plt Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikdasmen, Tatang Muttaqin pun angkat bicara. Menurutnya, meski menyumbang 9,01 persen angka pengangguran, namun data menunjukkan terdapat peningkatan kebekerjaan lulusan SMK sebesar 4,24 persen sepanjang 2020-2023.
“Jika melihat pada periode yang sama, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) lulusan SMK, terdapat peningkatan hingga 3,83 persen di mana dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) lulusan SMK memiliki total penurunan hingga 4,04 persen,” kata Tatang, pada Bincang Santai dengan Media, Jumat 29 November 2024 lalu.
Jumlah lulusan vokasi pada setiap jenjang pendidikan yang bekerja pada periode Februari 2024 juga mengalami peningkatan. Pada jenjang SMK, tercatat 17.185.456 orang yang telah bekerja. Angka ini mengalami peningkatan hingga 1.499.778 orang jika dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu.
Advertisement