Pendidikan Agama dan Moralitas Kaum Muda Melemah, Ini Buktinya
Tewasnya seorang suporter Persija Jakarta, Haringga Sirila membuat sepak bola Indonesia kembali berduka. Banyak beramai-ramai orang mengucapkan bela sungkawa.
“Pertama, kami mengucapkan belangsukawa yang mendalam. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran dan ketabahan. Ini tindakan keji, biadab dan tidak berperikemanusiaan. Tindakan ini sama sekali tidak dapat dibenarkan ditinjau dari segi apapun,” ujar Sekjen PBNU HA Helmy Faishal Zaini.
Sekjen PBNU itu juga mengutuk keras tindakan pengeroyokan oleh oknum suporter Persib Bandung yang berujung pada meninggalnya suporter Persija Haringga Sirila. Bagi Helmy, tragedi tersebut adalah tragedi yang mencederai rasa kemanusiaan.
Bagi Helmy, tragedi tersebut adalah bukti lemahnya pendidikan keagamaan dan moralitas di kalangan anak muda.
“Mereka menganiaya saudaranya sendiri. Bahkan dengan mengucapkan kalimat la ilaha illallah. Ini jelas kesesatan dalam beragama. Harus kita renungkan, di mana rasa kemanusiaan dan moralitas mereka?” imbuh Helmy.
“Agama yang harusnya dijadikan sebagai alata pelindung, sekarang malah sebaliknya dijadikan sebagai pedoman untuk menyerang, menghakimi, bahkan memperkusi pihak-pihak yang dianggap bersalah dan berbeda,” ungkap Helmy Faishal Zaini.
Lebih jauh, Helmy menegaskan bahwa pentingnya peran serta keluarga dan orang tua dalam mendidik anak-anaknya menjadi sangat relevan saat ini.
“Orang tua dan keluarga harus lebih meningkatkan pembelajaran akhlak dan nilai-nilai kemanusiaan bagi anak-anaknya,” ujarnya.
Pihaknya meminta kepada aparat kepolisian untuk menindak tegas pelaku pengeroyokan. Juga kepada PSSI dan klub yang bersangkutan untuk turut andil dalam membina suporter mereka agar tribalisme tidak terjadi lagi.
Lebih jauh menurutnya, Agama hadir untuk melindungi umat manusia. Agama diturunkan dan disyariatkan sebagai aturan yang emansipatif terhadap umatnya. Jika tidak demikian, maka agama kehilangan ruh dan fungsi utamanya. Atau paling tidak agama disalahpamani oleh pemeluknya.
“Agama yang harusnya dijadikan sebagai alata pelindung, sekarang malah sebaliknya dijadikan sebagai pedoman untuk menyerang, menghakimi, bahkan memperkusi pihak-pihak yang dianggap bersalah dan berbeda,” ungkap Helmy.
Hakikat olahraga adalah menjaga fisik dan akal agar tetap sehat. Sepakbola seharusnya menjadi olahraga yang menpersatukan, mengokohkan dalam ikatan persaudaraan. Bukan semakin menjauhkan dan malah menjadi bibit saling bermusuhan. (adi)