Pendidik adalah Mujahid, Bukan Hanya yang Berperang
Melakukan pekerjaan untuk misi agama demi izzul islam wal-muslimun (kejayaan Islam dan umat Islam) adalah berjihad. Dengan pendidikan dan mengajarkan ilmu, niscaya umat Islam tidak akan ketinggalan, menjauh dari kebodohan dan kemiskinan.
Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur Ust Ma'ruf Khozin, mencoba menjelaskan betapa pendidik adalah seorang mujahid. Memaknai 'mujahid' dengan lebih luas, tak hanya terbatas dalam berperang semata.
Berikut uraian Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Suramadu:
Tadi pagi seluruh kepala SMA Negeri se Bangkalan berkumpul dalam seminar untuk mencegah radikalisme di lingkungan sekolah.
Seperti biasa selalu menghadirkan salah satu napiter teroris, kali ini adalah Ust Abu Fida (lihat foto: paling kiri-red), yang pernah menjadi pasukan Usamah bin Laden dan beberapa kali ikut perang di Afganistan dan lainnya.
Beliau mengaku terpapar radikalisme dari bacaan buku dan lingkungan. Saat itu beliau menerima ilmu bahwa jihad adalah Fardu Ain. Beliau menganggap jihad sebagai kewajiban seperti Salat. Sehingga siapapun yang tidak berangkat jihad pasti berdosa. Padahal di kitab-kitab fikih kita jihad adalah Fardu Kifayah.
Memahami radikal
Beliau bisa keluar dari pemahaman radikal juga dari bacaan buku. Kata beliau: "Pintu masuk juga berfungsi sebagai pintu keluar". Karena dulu terpapar dari buku maka kini beliau banyak menulis buku yang menentang radikalisme dan terorisme yang mengatasnamakan Islam.
Pada sesi tanya jawab ada seorang guru yang kagum dengan menyebut mereka sebagai Mujahid, karena ikut perang ke negara lain. Giliran saya pegang mic maka saya garisbawahi, bahwa kita yang mengajar ilmu ini juga Mujahid. Jangan hanya menjadikan perang di negara lain saja.
Dalil saya terdapat dalam kitab karya Hakim At-Tirmidzi ketika menjelaskan tingkatan orang-orang berikut:
مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ
Yaitu para Nabi, Siddiqin, Syuhada dan Salihin (An-Nisa' 69)
فبدأ بالاول فالاول ذكر النبوة ثم الصدق ثم الشهادة ثم الصلاح
فالصديق صدق الله في بذل نفسه له في جميع عمره والشهيد صدق الله في بذل نفسه له في وقت الوفاة
- Allah mendahulukan Nabi, shiddiqin, syuhada’ dan shalihin
- Shiddiqin adalah orang yang menyerahkan seluruh hidupnya di jalan Allah
- Syuhada menyerahkan nyawanya saat wafat saja (Nawadir Al-Ushul fi Ahadits Ar-Rasul, 220)
Untuk mati syahid siapapun bisa, baik orang pandai atau orang bodoh. Tapi untuk berada di tingkatan atasnya dengan menjadikan seluruh hidupnya di jalan Allah harus memiliki ilmu, menghabiskan banyak harta untuk mencari ilmu, berkumpul lama dengan orang-orang baik dan sebagainya.