gak bisa jalan, cuman bisa merambat di lantai," cerita pemuda berusia 25 tahun yang mengaku tidak pernah mengenyam bangku pendidikan di sekolah ini, Kamis 26 September 2019. Hasil jerih payahnya bekerja sebagai pengemis di pinggir jalan tidak menentu. Penghasilannya paling banyak sebesar Rp 50 ribu per hari. Tapi kalau sepi, cuman Rp 40 ribu. Hendra dan adiknya ditinggal ibunya tanpa pamit semenjak usianya masih 10 tahun. Hingga sampai sekarang dirinya tidak tahu lagi keberadaan ibunya dimana. Tidak seperti layaknya orang normal pada umumnya, setelah lahir kondisi tubuh Hendra Kristianto dan adiknya tidak bisa tumbuh kembang seukuran orang dewasa atau stunting (suatu kondisi yang ditandai ketika panjang atau tinggi badan anak kurang jika dibandingkan dengan umur). "Kita sudah kehilangan kontak, nomor hand phone-nya sudah saya hubungi tapi gak bisa," ceritanya. Selang beberapa tahun kemudian ia dan adiknya diajak pindahan ke Kediri oleh ayahnya. Sebelum terserang penyakit Stroke semua kebutuhan hidup sehari-hari, selalu dicukupi oleh ayahnya.Ayahnya kerja keras banting tulang sebagai kondektur bus.Namun malang, tidak lama kemudian Edy Sugianto jatuh sakit. Karena keterbatasan biaya, Edy Sugianto tidak pernah dibawa ke Rumah Sakit melainkan hanya menjalani rawat jalan di kamar kos. Edy Sugianto kesulitan untuk berdiri, sehingga pada saat buang air kecil maupun buang air besar, ia terpaksa harus menggunakan alat bantu dan popok. "Nggak pernah saya bawah ke rumah sakit, cuman diobati saja di rumah menggunakan obat. Sampai saat ini ayah saya masih kesulitan untuk berjalan. Kalau saya pergi mengemis, yang jaga adik," paparnya. Kisah perjuangan hidup Hendra Kristianto dalam menghidupi keluarganya ini terungkap setelah yang bersangkutan terjaring penertiban Satpol PP Kota Kediri. Di kantor Satpol PP Kota Kediri itulah diketahui jika ia terpaksa menjadi pengemis karena harus menafkahi ayahnya yang sakit stroke. Petugas yang merasa iba, kemudian mengatarnya pulang ke tempat kosnya di Dusun Balong, Desa Gogorante, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri. Di dalam kamar kos berukuran 3X4 meter tersebut ia tinggal menetap bersama adik dan ayahnya. Setiap bulan kamar kosnya itu ia sewa dengan tarif Rp 350 ribu. "Kita mendapat laporan pengaduan dari masyarakat mengenai adanya keberadaan pengemis di pinggir jalan. Orang yang melapor khawatir, takut nantinya tertabrak. Waktu saya bawa, uang hasil mengemis terkumpul baru Rp 15 ribu " Ujar Nur Kamid, selaku Kepala Bidang Ketentraman dan Ketertiban Umum Satpol PP Kota Kediri. (Fen)