Pendakian Semeru Masih Ditutup, TNBTS Fokus Perbaikan Ekosistem
Pihak Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) masih menutup jalur pendakian Gunung Semeru. Sejak ditutup pada 22 September 2019 lalu akibat kebakaran hutan.
Kepala Sub Bagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas TNBTS, Syarif Hidayat, mengatakan pihaknya tahun ini masih fokus untuk melakukan perbaikan ekosistem pada jalur pendakian Gunung Semeru.
"Tahun ini kami fokus recovery ekosistem, itu membutuhkan waktu empat sampai lima bulan," tuturnya pada Sabtu 1 Februari 2020.
Perbaikan ekosistem tersebut untuk melakukan pengecekan tapak jalur pendakian Gunung Semeru. Pihak TNBTS akan memeriksa tekstur tanah untuk memastikan tidak adanya potensi longsor serta ancaman pohon tumbang dan potensi lainnya yang dapat mengancam keselamatan pendaki.
"Jadi untuk kenyamanan dan keamanan. Pendakian Gunung Semeru masih kami tutup," ujar Syarif.
Seperti diberitakan oleh ngopibareng.id sebelumnya, hutan Gunung Semeru yang berada di kawasan TNBTS terbakar, sejak Selasa 16 September 2019, lalu.
Menurut data TNBTS, luasan hutan yang terbakar pada gunung berapi tertinggi ketiga di Indonesia itu mencapai 131 hektar.
Luasan lahan yang terbakar meliputi blok Kelik, Sumber Mani, Arcopodo dan kawasan Kalimati.
Akibatnya sejak September 2019, lalu aktivitas pendakian di Gunung Semeru ditutup total, dikarenakan kebakaran hutan dan lahan.
Gunung Semeru yang terletak di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut. Sehingga menjadi gunung berapi tertinggi di Jawa Timur. Adapun puncak Gunung Semeru dinamakan Mahameru.
Di Indonesia, Gunung Semeru masuk dalam jajaran gunung berapi tertinggi ketiga, setelah Gunung Kerinci di Pulau Sumatera dan Gunung Rinjani, di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat