Penciptaan Ekosistem Bisnis, Perkuat Kemandirian Jam'iyah NU
Potensi ekonomi yang dimiliki komuntias Nahdlatul Ulama (NU) saatnya digali, dikelola dan dijaringkan menjadi potensi real yang secara signifikan. Hal itu akan mendorong kemandirian ekonomi jam'iyah. Keberadaan para pengusaha dan lembaga usaha di kalangan NU harus didorong untuk scale up untuk bisa berbicara di level nasional bahkan global dan membentuk ekosiatem bisnis yang kuat.
Muktamar ke-34 NU di Lampung diharapkan bisa mempertemukan berbagai gagasan dan jaringan ekonomi-bisnis yang selama ini masih belum terkonsolidasi oleh jam'iyah NU.
Demikian kesimpulan bincang pagi 'Membangun Ekosistem Bisnis Kaum Nahdliyin Menjelang 1 Abad NU' di Jurnal9 Pagi Akhir Pekan TV9 Nusantara, Sabtu 20 November 2021. Sebagai narasumber, Ketua SC Muktamar 34 NU, Prof Mohamad Nuh, Ketua Umum Himpunan Pengusaha Nahdlyin (HPN) Ir Abdul Kholik dan Panitia HPN Jatim Business Forum, H Mushoddaq.
Membentuk ekosistem bisnis di NU lanjut Mohamad Nuh, sudah menjadi keniscayaan karena era industri sudah bergerak dari monopoli ke kompetisi bisnis, lanjut ke sinergi dan sekarang sudah eranya ekosistem bisnis.
"Di mana posisi NU? Kalau masih kompetisi, berarti kita masih tertinggal dan harus mengejarnya dengan serius membentuk ekosistem bisnis," lanjut Ketua Yayasan RSI Surabaya (YARSIS) yang juga Ketua Dewan Pers RI.
Lembaga Usaha di NU
Mohmad Nuh memberi contoh lembaga usaha milik NU seperti TV9 di bidang media harus mampu menjadi TV nasional untuk bisa bersaing di industri televisi dan informasi nasional. Demikian pula di sektor Rumah Sakit seperti RSI Surabaya, RSI Siti Hajar atai di sektor pendidikan sebagaimana UNUSA, UNISMA, UNISIA, serta sektor usaha ainnya.
"Itu semua bisa dibahas bila muktamarnya sejuk sehingga akan fokus membahas hal-hal positif bagi NU," tambahnya.
Sementara itu, Abdul Kholik menyatakan HPN sebagai asosisi pengusaha akan menyiapkan usulan konsep road map ekosiatem bisnis di kalangan NU. Salah satunya, peta jalan memunculkan pengusaha-pengusaha besar nasional dari komunitas NU termasuk bentuk support kepada para pengusaha NU.
"Di Indonesia, hampir tidak ada pengusaha besar atau konglomerat yang lahir tanpa adanya keberpihakan dan pemberian ruang usaha dari kekuasaan," tandasnya.
Hal lain, lanjut Kholik, dibutuhkan konduktor atau dirigen yang bisa mengkonsolidasi potensi, peluang dan pelaku bisnis dalam peta industri nasional . Selama ini, program ekonomi di organisasi NU dan banom-banomnya belum terkonsolidasi. Demikian pula pasar dan pelaku usahanya consolidated.
"Gagasan ekosistem bisnis sangat tepat, dan HPN siap menjadi salah satu penggerak," tegas CEO Azet Surya, perusahaan energi solar cell berkedudukan di Jakarta ini.
Muktamar 34 NU akan digelar di Provinsi Lampung dan akan membahas program strategis PBNU lima tahun ke depan, aturan organisasi, bahtsul masail dan rekomendasi muktamar serta mendengarkan laporan kepengurusan PBNU masa khidmat 2015-2020, dan terakhir, pemilihan Rois Am dan Ketua Umum PBNU.