Penceramah Suka Guyon Konyol Dikeluhkan, Ini Tanggapan Menteri Agama
Bogor : Aturan baru bagi penceramah atau ustadz yang kebanyakan guyonan (yang terkesan konyol) dari pada soal substansi materi agama yang disampaikan, akan segera diterapkan. Hal tersebut sebagai tindak lanjut dari beberapa keluhan masyarakat selama ini.
“Pemerintah diminta lebih proaktif untuk menata penceramah mubalig, dai, yang terkadang dalam ceramahnya itu mungkin lebih banyak guyonnya,” tutur Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, di Unit Pencetakan Al-Quran (UPQ) Ciawi, Bogor, Rabu (25/10/2017).
Lukman mengatakan, kalau selama ini, ada banyak laporan masyarakat yang menyayangkan beberapa ustadz ceramahnya kurang pantas. Ustadz itu dinilai masyarakat lebih menonjolkan sisi guyonannya dan sedikit saja isi ceramahnya.
Untuk itu, Lukman menegaskan, akan menindak lanjuti laporan tersebut dengan menyusun kode etik penceramah agar tidak melebar kemana-mana.
“Dengan adanya panduan, maka akan menjadi prinsip yang dipegang seorang penceramah atau ustadz untuk menjaga integritas dakwah yang disampaikan,” jelasnya.
Lebih lanjut Lukman menyampaikan, kalau orang yang berceramah itu seharusnya disampaikan oleh orang yang tepat. Jangan sampai sembarangan orang menyampaikan ceramah dengan seenaknya.
“Agar dakwah Islam senantiasa tidak disampaikan oleh pihak yang bukan pada tempatnya. Ini akan kami terus rumuskan,” tutur Lukman.
Akan tetapi rencana penyusunan aturan tersebut masih menuai pro dan kontra. Alasannya, jika dibuat aturan tersebut, dikhawatirkan akan berimbas pada jamaahnya. Jamaah bisa saja bosan mendengarkan isi ceramah yang terkesan lebih serius.
“Perlu dipikirkan juga jika ceramah serius tanpa guyonan, jamaah nanti bisa tertidur mendenganrkannya atau malah bosan,” ujar Ketua Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda Ansor Cabang Kabupaten Bogor KH Abdullah Nawawi.
Menurut Abdullah, ceramah dengan berisi guyonan tidak menjadi masalah, asalkan guyonan itu tidak betentangan dengan agama.
“Tidak apa-apa mau seperti itu. Tapi pikirkan juga hal lainnya. Sepanjang guyonan tidak keluar etika agama dan menghina seseorang seharusnya tidak apa-apa,” jelasnya.
Sebetulnya, tambahnya, ada banyak masalah yang juga harus dibereskan selain soal penceramah yang suka guyonan. Di antara masalah itu seperti mabuk-mabukan, kejahatan, hingga Tempat Hiburan Malam (THM) yang meresahkan selama ini.
“Kalau disuruh serius bisa, guyon juga bisa. Tapi ingat, tidak boleh menghina tapi bina,” ujarnya. (adi)