Pencerahan kepada Umat, Haedar: Ini Tema Muktamar Muhammadiyah
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan, Muhammadiyah bukan akan, tapi telah melakukan pencerahan kepada umat Islam sejak lebih satu abad yang lalu. Melalui syiar yang dilakukan para tokoh dan pelaku sejarah Muhammadiyah dimulai sejak periode awal kepemimpian di Muhammadiyah.
Muktamar Muhammadiyah ke-48 yang digelar di Surakarta pada tahun 2020, merupakan Muktamar yang dilakukan untuk ketiga kalinya di kota ini.
Sementara untuk pertama kali kongres (muktamar) Muhammadiyah keluar dari Yogyakarta adalah pada tahun 1926, yang diselenggarakan di Surabaya. Namun sebelumnya, tepatnya pada tahun 1922 setahun sebelum KH Ahmad Dahlan wafat, Muhammadiyah sudah menjadi gerakan yang menasional.
Pada tahun-tahun tersebut, Muhammadiyah telah meramba sampai Sumatera dan Aceh. Dan menyebar kebeberapa Indonesia bagian Timur pada tahun 1930’n, seperti di Papua dan Makassar.
Diterimanya Muhammadiyah di beberapa daerah seluruh Indonesia karena pada tahun tersebut alam pikir Muhammadiyah sudah diterima sebagai pemikiran umum umat Islam di Indonesia.
Sesuai tema yang diambil, “Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta” diharapkan peran pencerahan Muhammadiyah lebih luas. Sehingga sayap-sayap dakwah Muhammadiyah melebar melingkupi seluruh semesta, bukan hanya Indonesia.
Sesuai tema yang diambil, “Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta” diharapkan peran pencerahan Muhammadiyah lebih luas. Sehingga sayap-sayap dakwah Muhammadiyah melebar melingkupi seluruh semesta, bukan hanya Indonesia.
Meresapi tema yang dipilih, Haedar mengajak warga persyarikatan supaya tetap mengelorakan semangat dakwah. Sehingga bisa membawa sinar gerakan Islam pencerahan dan berkemajuan untuk umat. Berangkat dari hal itu, Muhammadiyah kedepan harus tetap menjadi suluh pergerakan bagi umat Islam dan Semesta.
Sementara sebagai tantangan kedepan adalah bagaimana Muhammadiyah memerankan peran sebagai pemandu yang terus menanamkan benih semangat berkemajuan, pencerahan, yang didalamnya membawa damai dan kebersamaan.
Sebagai pesan persatuan untuk berkemajuan umat Islam dan Bangsa, menurut Haedar untuk mencapai tujuan pemersatuan tersebut bia digali dari QS al Imron ayat 103. Pesan yang disampaikan didalam ayat tersebut sebagai ukhuwah otentik yang menyatukan.
Ia juga menekankan untuk jangan mengkesampingkan kebersamaan. Melihat sejarah runtuhnya Yugoslovakia dan kolepnya Uni Soviet adalah bukti bahwa persatuan dan kebersamaan adalah kunci utama. Sementara untuk Muktamar, Haedar berharap bisa menghasilkan keputusan yang baik.
Pada akhir sambutannya, Haedar membacakan lirik lagu Muktamar Solo 1929.
Nyanyian Mu’tamar KE-18 DI SOLO 1929
Lagu/Syair oleh H.M. Junus Anis
Kongres kita amat besar selalu kita gembira Besararti dan besar halnya, besar pula yang ditera
Maka syukur kami yang tak terkira-kira
Kepada Allah yang memelihara Muhammadiyah ditolong dan disuburkan dengan segera
Sehingga syi’arnya kentara Muhammadiyah “sedikit bicara banyak bekerja”
Terimakasih pada semua tuan dan siti-siti
Yang mengunjungi Kongres besar, dengan ringan ikhlas hati Kongres Muhammadiyah yang sangat berarti
Mempersatukan dengan hati
Kaum Islam se Hindia supaya sekata sehati Maka wajib diperingati.