Penasaran Tanjakan Viral Bandung? Itu Tanjakan Genteng Cijengkol!
Pernah lihat foto di atas ini? Foto yang sedang viral di kalangan cyclist se-Indonesia. Pasti foto ini pernah “mampir” di Whatsapp group cyclist. Penasaran?
Ternyata itu adalah foto asli dan bukan editan!
Tanjakan dengan kemiringan ekstrem seperti itu memang ada. Di Bandung. Dan tidak jauh dari pusat kota Bandung. Fitra Tara Mizar, cyclist kondang kota kembang itu mencobanya minggu lalu.
Lantas menceritakannya untuk pembaca ngopibareng.id dengan gaya bertutur saya.
Hari Senin, 25 Januari, saya survei jarak dulu dengan motor trail. Lantas besoknya, setelah balapan mingguan rutin Salasa Kahaji, saya turun dari Lembang bersama kawan-kawan menuju arah Tanjakan Genteng Cijengkol.
Jaraknya tidak jauh, dari ITB hanya 8,5 km menuju tanjakan viral ini. Saya berangkat dari Sasana Budaya Ganesha ITB. Satu kilometer keluar ITB menuju pertigaan jalan Ciumbuleuit.
Lantas dari pertigaan lampu merah Ciumbuleuit ada tanjakan sejauh 1,7 km dan disambut dengan gapura warna merah petanda masuk jalan Neglasari. Setelah masuk Neglasari kira-kira 650 meter belok ke kiri masuk gapura setelah masjid. Gapura kedua ini juga warna merah.
Nah, disinilah “tanjakan neraka” itu dimulai. Kira-kira setelah masuk sejauh 650 meter mulailah disambut dengan awal tanjakan Cijengkol bawah. Saya lihat cycling computer, ternyata gradien langsung mendekati 20 persen!
Oya, patokan awal tanjakan ini adalah adanya tumpukan ban di sebelah kanan dekat tiang warna biru. Setelah saya tanya warga setempat, ternyata tumpukan ban itu sebagai penahan apabila ada mobil atau motor yang lepas kendali (rem blong) ketika menurun maka bisa “ditangkap” oleh ban-ban pengaman itu.
Saya yang menggunakan sepeda Eddy Merckx Vintage dengan kombinasi crank dan sproket 52T – 11-28 ini berusaha menaklukan tanjakan ini. 500 meter pertama sangat curam! Tapi ini masih menu pembuka. Heart rate saya langsung berada di zona 5.5!
Saya tetap kayuh pedal sepeda besi seberat 6,9 kg sambil mendoyongkan badan ke depan untuk menjaga keseimbangan sepeda. Sambil sedikit zig zag untuk meringankan kayuhan pedal.
Buat cyclist yang ingin mencoba, saya sarankan menggunakan sproket 32 atau lebih besar dan crank 34 atau lebih kecil. Karena awal tanjakan (di tiang biru) kira-kira 50 meter pertama itu sudah 24 persen. Agar survive, cadence harus berada di kisaran 80 rpm.
Karena pas di tengah-tengah tanjakan makin menukik dan itu pasti di atas 25 persen bahkan mendekati 30 persen. Apalagi yang pas di depan rumah yang viral difoto itu.
Otomatis cadence tidak bisa setinggi 80 rpm lagi. Saya tidak sempat lagi melihat cycling computer. Saya harus bertahan sekuat tenaga agar tidak turun atau jatuh.
Puncak tanjakan Cijengkol ini, tercatat 4,25 km sejak dari patokan tiang biru dan tumpukan ban. Akhirnya saya bisa menyelesaikan tanjakan viral, Tanjakan Genteng Cijengkol.
Sebenarnya di Bandung Selatan, ada juga tanjakan laknat seperti ini, namanya Tanjakan Genteng Majalaya dan Tanjakan Gantole. Tetapi kedua tanjakan itu cukup panjang. Sedangkan Tanjakan Genteng Cijengkol ini panjangnya hanya 110 meter saja.
Setelah sampai puncak Tanjakan Genteng Cijengkol, saya ngobrol dengan warga dan mereka bilang bahwa Teropong Bintang Bosscha Observatorium Lembang tidak jauh dari sini. Paling hanya 1 km dari lembaga penelitian luar angkasa itu.
Berani mencoba? Apabila sudah mencoba dan lulus silahkan posting foto di IG kamu dan tag @ngopibareng_gowesbareng.
Advertisement