Penanganan Pertama pada Cyclist Kecelakaan ala Dokter Bambie CRS
Semakin meningkatnya volume cyclist di jalan, tentunya secara persentase akan meningkat juga probabilitas terjadinya kecelakaan dalam bersepeda. Tentunya saat kita mengalami musibah kecelakaan itu, keselamatan bahkan nyawa kita sangat bergantung pada teman saat kita bersepeda bersama.
Hal ini menuntut kita sebagai cyclist yang bertanggung jawab untuk sedikit banyak memahami tentang pertolongan pertama yang benar saat kejadian kecelakaan bersepeda itu.
“Inti dari pertolongan yang kita lakukan adalah ‘do no harm’ yaitu jangan sampai niat menolong kita malah memberikan secondary impact and injury pada korban,” jelas dr. Raditya Bambie, Sp.OT, cyclist hits anggota Coffee Ride Society Surabaya ini.
Menurut dokter yang praktik di RSUD Ibnu Sina Gresik ini, protokol dalam memberikan pertolongan pertama pada korban adalah: seek help dan clear the road. Tentunya langkah pertama yang bisa kita lakukan adalah mengamankan jalan, memberhentikan atau merelokasi traffic, dan segera mencari pertolongan baik teman lain atau ambulans.
Setelah seek help, yang dapat dilakukan adalah memberikan pertolongan SEMENTARA sampai ambulans atau petugas yang berkompetensi mengambil alih. Sering kali gap waktu antara kejadian sampai datangnya pertolongan ini sangat penting terhadap prognosis keselamatan korban.
Pertolongan yang bisa kita lakukan adalah:
Memastikan korban bernapas, tidak ada sumbatan pada jalan napas, dengan cara mendengar bunyi napas korban, apakah ada bunyi napas tambahan yang mengindikasikan adanya sumbatan parsial atau total dalam jalan napas. Bila ada segera bersihkan sumbatan tersebut yang bisa berupa cairan darah atau benda padat seperti gigi yang patah atau pangkal lidah yang melorot. Apabila ada indikasi seperti ini maka harus dilakukan jaw trust sambil terus menjaga alignment dari cervical bone.
Memastikan kesadaran korban, dengan cara mengajak komunikasi ringan, seperti tidak apa-apa? Ada yang sakit? Bagaimana kejadiannya? Hal ini dapat memberikan informasi apakah ada cedera pada intracranial yang menyebabkan penurunan kesadaran dan amnesia anteri maupun reterograde.
Pastikan tidak ada nyeri pada leher dan tulang belakang, dengan menanyakan apa ada sakit pada daerah tersebut, meraba ringan mulai leher sampai tulang ekor, dan meminta korban dengan pelan menggerakkan lehernya ke kanan kiri. Bila ada indikasi nyeri pada daerah tersebut, maka penderita harus dievakuasi secara ‘log roll’ menggunakan strecher, papan kayu, atau daun pintu.
Bila tidak ada nyeri pada leher dan tulang belakang, dan tidak ada cedera intra kranial, minta pasien untuk duduk. Dan pasien bisa dipindahkan dengan cara digendong atau digotong dengan menjaga alignment tubuh tetap lurus.Setelah jalan nafas aman, tidak ada cedera kepala, dan spine aman, pasien boleh dievakuasi ke pinggir jalan.
Lepaskan helm dengan dua penolong, satu dengan melakukan fiksasi pada leher dan satu lagi untuk melepas strap dan menarik helm, hal ini harus dilakukan dengan menjaga alignment dari tulang leher, lepaskan jersey ketat agar dada pasien dapat mengembang dengan baik dan leluasa.
Tanyakan apa ada nyeri di tempat lain, cek apakah ada jejak, luka, hematom, jersey yang bolong, atau bahkan anggota tubuh yang ‘bengkok’. Dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Bila didapatkan nyeri dan secara fisik terlihat anggota tubuh yang bengkok, lakukan reposisi dan fiksasi dengan benda yang keras dan panjang, seperti spalk, tongkat, payung, atau bisa difiksasi dengan kaki sebelahnya yang baik, atau fiksasi mendekatkan dengan tubuh.
Selalu jaga kesadaran korban, ambil identitasnya, hubungi keluarganya sambil menunggu ambulans atau petugas yang berkompeten hadir di lokasi.