Penambang Belerang di Ijen Desak BKSDA Buka Kembali Penambangan
Para penambang belerang di Gunung Ijen, Banyuwangi mendesak Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur segera membuka kembali penambangan belerang. Aktivitas penambangan belerang di Gunung Ijen dihentikan pasca terjadi ledakan dari dasar kawah yang mengakibatkan terjadinya gelombang tinggi. Dalam musibah tersebut seorang penambang belerang tewas.
Untuk menyampaikan aspirasinya, sejumlah penambang belerang yang bernaung di bawah PT Candi Ngrimbi sempat datang ke Kantor Konservasi Wilayah V Banyuwangi, BKSDA Jawa Timur, untuk menyampaikan aspirasinya tersebut.
"Kita datang ke BKSDA Banyuwangi dalam rangka memohon kembali agar penambangan belerang dibuka kembali," kata Pimpinan PT. Candi Ngrimbi di Banyuwangi, Cung Lianto, Selasa, 16 Juni 2020.
Cung Lianto menyatakan, sebelumnya, para penambang sudah beberapa kali melakukan koordinasi dengan BKSDA dan Petugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Pos Pengamatan Gunung Ijen.
Dari hasil koordinasi itu didapatkan informasi bahwa kondisi Ijen sudah normal. Informasi yang sama, kata Cung Lianto, juga disampaikan petugas Pos Pengamatan Gunung Ijen dalam pertemuan di Pal Tuding.
"Surat edaran pertama dari Balai Besar (BKSDA) Jawa Timur ditutup sementara sampai dinyatakan aman. Tapi tidak ada batasan waktu. Aman itu kan ukurannya normal. Vulkanologi sudah menyatakan normal kok tidak dibuka-buka," tegasnya.
Tidak hanya itu, usaha agar penambangan belerang segera dibuka juga dilakukan melalui surat. Para penambang melalui perusahaan operator tambang sudah mengirim surat ke BBKSDA Jawa Timur untuk membuka tambang belerang.
"Sebelumnya kita sudah dua kali kirim surat ke Balai Besar di Jawa Timur. Pertemuan dengan BKSDA dan vulkanologi juga kita sampaikan dalam surat tersebut," tegas Cung Lianto.
Padahal, jika sudah diizinkan melakukan aktivitas penambangan, para penambang tidak bisa langsung menambang. Karena fasilitas di dapur penambangan belerang hancur. Sebelumnya harus diinventaris dahulu peralatan yang hilang atau rusak. Kemudian baru bisa dilakukan perbaikan. Perbaikan itu sendiri butuh waktu sampai 2 bulan.
Cung Lianto berharap secepatnya ada respon yang baik BBKSDA Jawa Timur. Karena hal ini menyangkut nasib karyawan dan semua pekerja yang jumlahnya ratusan.
Total ada 232 orang yang bekerja di penambangan belerang ini. Mulai pemikul belerang 186 orang, pengawas sublimasi di area kawah 26 orang, dan petugas proses 20 orang.
"Itu baru korban yang kerja di kita, ada keluarganya anaknya yang satu rumah kan tanggungan orang perorang itu. Apalagi ini musim Pandemi Covid-19. Masa transisi ini kita harapkan pemerintah memberikan kebijakan agar anak bangsa ini bisa bekerja," harap Cung Lianto.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Seksi Konservasi Wilayah V Banyuwangi BKSDA Jawa Timur, Purwantono membenarkan ada sejumlah penambang belerang yang datang ke kantornya. Mereka meminta penambangan dibuka kembali. Dia menyebut aktivitas penambangan memang ditutup pasca musibah ledakan di kawah Gunung Ijen beberapa waktu lalu. Penutupan itu tidak ada batas waktunya.
"Kami hanya sebatas menampung, untuk keputusannya kami sudah laporkan ke Balai. Kemarin yang menutup aktivitas mereka kan dari Balai.