Pemulangan Cagar Budaya oleh Pemerintah, Sejarawan Unair: Jangan Hanya Dikoleksi di Jakarta Saja
Indonesia berhasil memulangkan 288 benda cagar budaya berkat penandatanganan kesepakatan repatriasi atau pengembalian antara Indonesia dan Kerajaan Belanda di Wereldmuseum, Amsterdam, Jumat 20 September 2024 silam. Sejarawan Universitas Airlangga mengingatkan agar koleksi bersejaarah itu tidak hanya ditumpuk di Jakarta saja. Mengingat situs asalnya tersebar di bagian Indonesia lainnya.
Pengembalian ratusan benda cagar budaya oleh Negeri Kincir Angin kepada Indonesia tersebut adalah yang kedua kalinya, menyusul repatriasi yang telah berlangsung pada pertengahan tahun 2023 lalu.
Dosen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Adrian Perkasa memberikan respons positif terkait upaya repatriasi benda cagar budaya asal Indonesia.
"Secara gradual sudah dipulangkan, inj harus kita sambut baik dan karena permintaannya sudah lama jadi saya sendiri mengapresiasi. Baik kedua belah pihak, terutama dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang konsisten terus mengawal kepulangan benda cagar budaya,” ungkapnya, Sabtu 5 Oktober 2024.
Adrian menjelaskan, upaya untuk memulangkan benda-benda cagar budaya tersebut bukanlah hal yang mudah. Para akademisi harus mengumpulkan data dan melakukan riset akademis yang kompleks. "Jadi tidak hanya sejarah, tapi juga multidisiplin. Misalnya, yang ahli material budaya, kemudian misalnya benda itu logam, perlu ahli logam juga,” jelasnya.
Selain itu, Adrian juga mengungkapkan, para akademisi berperan penting dalam melakukan riset tersebut, yang akhirnya dapat menjadi pemantik untuk pemulangan sebuah benda cagar budaya. "Ini mesti kita mulai juga, khususnya oleh Fakultas Ilmu Budaya untuk mulai memberikan perhatian terhadap riset-riset semacam ini. Jadi riset tidak hanya berbasis dokumen, tapi yang interdisipliner,” tegasnya.
Adrian juga menyebut, pemulangan benda cagar budaya ini tidak hanya sekadar wujud nasionalisme, tapi juga menjadi wujud rekognisi atau pengakuan terhadap identitas Indonesia sebagai bangsa.
"Dengan ini kita sekarang sudah benar-benar setara, jadi barang apapun yang diambil pada masa kolonial, khususnya yang diambil karena perang, karena barang rampasan dan sebagainya itu karena kita setara, kita bisa meminta lagi,” ujarnya.
Dengan adanya repatriasi benda cagar budaya ini, kandidat doktor Universitas Leiden berharap, hal ini tidak hanya menjadi sebuah rekognisi bagi bangsa, tetap juga daerah-daerah di Indonesia. Tidak hanya dikumpulkan dan dikoleksi oleh Museum Nasional yang terletak di Jakarta.
“Jadi saya berharap barang-barang ini tidak hanya dikumpulkan atau distok di museum nasional. Harusnya, misal itu dari Singosari, arca dari Candi Singosari ya kembali ke Candi Singosari atau paling tidak, teman-teman daerah juga dilibatkan karena sementara ini yang terjadi semuanya masih jadi urusan pusat,” pungkasnya.