Pemugaran Selesai, Walikota Eri Sahkan Langgar Gipo Sebagai Wisata Religi
Walikota Surabaya Eri Cahyadi telah meresmikan Langgar Gipo. Musala dua lantai berluas 209 meter persegi, yang berlokasi di Jalan Kalimas Udik 1 Nomor 51, Surabaya, sebagai cagar budaya dan salah satu destinasi teranyar Kawasan Kota Lama.
"Kami akan mengajak siswa SD dan SMP yang berada di bawah wewenang Pemerintah Kota Surabaya untuk berkunjung ke salah satu tempat bersejarah dan religi, Langgar Gipo," ucap Eri, setelah meresmikan renovasi Langgar Gipo, di Kalimas Udik, Sabtu 15 Juni 2024.
Langgar Gipo telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya berdasarkan Surat Keputusan (SK) Walikota Surabaya No 188.45/63/436.1.2/2021, tertanggal 21 Februari 2021 silam.
Walikota Eri beserta jajarannya juga berkomitmen untuk mempromosikan kepada masyarakat luas, salah satunya adalah dengan melakukan kegiatan keliling Surabaya menggunakan sepeda motor. Walikota menggandeng anak-anak muda di Kota Surabaya yang tergabung dalam klub motor.
Dengan selesainya pemugaran Langgar Gipo yang telah dimulai sejak Februari 2024 lalu ini, dan penetapannya sebagai cagar budaya, Eri berharap masyarakat Kota Surabaya untuk tidak melupakan tempat yang menjadi saksi perjuangan bangsa tersebut.
"Saya berharap anak-anak kita, para generasi muda untuk tidak melupakan sejarahnya. Kita boleh maju tapi jangan sekali-kali kita melupakan sejarah," tegas Eri.
Mantan Kepala Bappeko Surabaya ini juga menjelaskan, pihaknya juga akan menambah beberapa ornamen lainnya untuk menarik minat para wisatawan, seperti koleksi benda bersejarah dari pihak keluarga, rencananya yang akan ditempatkan dan dipajang di lantai dua Langgar Gipo, yang difungsikan sebagai museum.
"Kita juga akan menambah satu monitor di lantai dua Langgar Gipo, di mana kalau monitor itu dinyalakan akan memutar perjuangan Langgar Gipo dan profil para tokoh ulama yang terlibat dahulu," ungkap Eri.
Sementara itu, generasi kelima keturunan Sagipoddin, Abdul Wage Zain menjelaskan, Langgar Gipo sudah menginjak usia ke-304 tahun pada 2024 ini. H. Hasan Basri Sagipoddin yang dikenal dengan K.H. Hasan Gipo melakukan optimalisasi fungsi langgar sebagai salah satu tempat pergerakan dalam melawan penjajah. Dari situlah jejak sejarah K.H. Hasan Gipo yang dikenal sebagai tokoh pergerakan.
"Lantai dua Langgar Gipo juga dijadikan tempat menampung jemaah haji kapal laut asal Jawa Timur sebelum berangkat ke Mekkah. Setelah, jemaah haji sampai di Mekkah, di sana juga ditampung di tempat atau rumah milik keluarga Sagipoddin," jelas Abdul Wage.
Dirinya juga menceritakan bahwa Langgar Gipo adalah tempat bersejarah untuk menimpa para santri dalam perjuangan melawan penjajah, termasuk langgar ini juga menjadi titik bertemunya para ulama merumuskan strategi melawan pihak kolonial.
Sebagai generasi dari K.H. Hasan Gipo, dirinya berharap tempat itu tidak sekadar wisata religi maupun tempat ibadah, tetapi mampu menjadi sarana edukasi sejarah yang berkontribusi bagi pengetahuan dan meningkatkan rasa nasionalisme generasi muda.
"Saya harap generasi muda nantinya bakal semakin paham akan sejarah kita dan mengetahui bahwa Langgar Gipo juga merupakan langgar perjuangan yang menyatukan," pungkasnya.