Pemuda Berbobot 250 Kg Butuh Bantuan untuk Operasi Lambung
Bimo Putro Prakoso, pemuda 22 tahun asal Semarang, Jawa Tengah ini, memiliki berat badan mencapai 250 kg. Tak banyak yang bisa ia lakukan seperti orang-orang seusianya. Setiap harinya Bimo hanya menghabiskan waktunya hanya dengan duduk-duduk di lantai rumah dan bermain handphone.
Bukan karena malas, namun bobot tubuh warga Rejosari Delapan, Kota Semarang ini yang berlebih, membuat dirinya kesulitan untuk beraktivitas. Untuk berjalan saja, Bimo harus dibantu beberapa orang.
Dua tahun silam, pria tamatan SMA itu sempat memiliki pekerjaan sebagai pengemudi ojek online. Namun karena berat badannya terus bertambah, akhirnya ia berhenti.
Bimo adalah satu dari sekian penderita prevalensi obesitas sentral pada orang dewasa yang terus meningkat, yaitu dari 18,8 persen pada tahun 2007, meningkat menjadi 26,6 persen pada 2013 dan telah mencapai 31 persen pada 2018, menurut Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan.
Bimo berharap ada uluran tangan dari pihak manapun untuk membantunya menurunkan berat badan agar bisa beraktivitas normal.
Selain sulit beraktivitas, Bimo juga merasakan keluhan lain seperti pusing dan sakit di bagian pusar hingga berdarah. Sang ibu sudah berupaya membawa Bimo ke rumah sakit. Namun, dokter menyarankan putranya untuk operasi lambung yang biayanya mencapai ratusan juta rupiah.
Kasus obesitas memang memerlukan penanganan khusus dengan biaya yang tinggi. Beberapa waktu lalu, Sunarti, pasien pendetia obesitas di Bandung, Jawa Barat, meninggal dunia setelah beberapa minggu menjalani operasi pengecilan lambung atau bariatrik.
Saat itu, Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung telah megerahkan 20 dokternya untuk menangani Sunarti.
Meski operasi sempat berhasil dan berat badan Sunarti turun sebanyak 12 kg, namun dia mengembuskan napas terakhir pada 2 Maret lalu karena mengeluh sesak napas. (yas)