Pemprov Jateng Tekan Angka Kemiskinan dan Pengangguran
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mencatat penurunan persentase masyarakat miskin dan pengangguran dalam satu tahun terakhir. Kondisi itu muncul setelah melakukan sejumlah upaya.
Pj Gubernur Jawa Tengah, Komjen Pol (P) Nana Sudjana memaparkan sejumlah upaya menekan angka kemiskinan saat menghadiri rapat paripurna di Gedung DPRD Provinsi Jawa Tengah, Senin 25 September 2023.
Di tempat yang sama, Nana juga memaparkan data kemiskinan ekstrem, persentase penduduk miskin di Jawa Tengah pada Maret 2023. Menurutnya terdapat 10,77 persen masyarakat miskin pada periode Maret. Namun jumlah itu turun 0,21 persen dari September 2022 yang jumlahnya sebesar 10,98 persen.
Capaian itu berhasil terwujud dengan sejumlah upaya, antara lain dengan strategi mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin, meningkatkan pendapatan masyarakat miskin, dan meminimalkan wilayah kantong kemiskinan. Berdasarkan hal itu, kemiskinan tahun 2023 diupayakan untuk mencapai target pada kisaran 9,86 persen - 9,05 persen.
Sementara tingkat pengangguran terbuka di Jawa Tengah periode Februari 2023, yakni sebesar 5,24 persen. Jumlah itu turun 0,51 persen dari Februari 2022 sebesar 5,75 persen.
Penurunan itu terjadi, sebab adanya peningkatan aktivitas ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan hal tersebut, tingkat pengangguran terbuka sampai dengan akhir tahun 2023, ditargetkan turun menjadi sebesar 5,48 persen - 4,80 persen.
"Upaya percepatan penanganan kemiskinan dan kemiskinan ekstrem, serta pengangguran di Jawa Tengah (terus) diupayakan, antara lain melalui pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum Perdesaan, stimulan perbaikan Rumah Tidak Layak Huni, listrik murah, pemberian kontribusi jaminan pembiayaan kesehatan, serta bantuan sosial berupa hewan ternak dan alat pertanian. Selain itu, adanya bantuan stimulan modal usaha dan pelatihan kerja untuk peningkatan SDM," jelas Pj Gubernur.
Dalam upaya mengurangi pengangguran, Pemprov Jateng juga mengalokasikan anggaran urusan tenaga kerja yang difokuskan pada Balai Latihan Kerja. Tujuannya agar masyarakat lebih banyak mendapatkan pelatihan, sertifikasi serta uji kompetensi keahlian dalam berbagai bidang. Keahlian yang diajarkan, seperti kejuruan las, menjahit, pengolahan hasil pertanian, dan bidang lainnya untuk mendukung persaingan dalam dunia usaha dan industri.
Sementara dalam sektor pertanian, khususnya Nilai Tukar Petani (NTP), juga menjadi prioritas dalam pembahasan rancangan perubahan APBD tahun anggaran 2023. Capaian NTP Jawa Tengah periode Agustus 2023, sebesar 110,71 atau naik 1,63 persen dari NTP bulan sebelumnya, yakni sebesar 108,93.
Menurut Pj Gubernur, sektor pertanian menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan II tahun 2023. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang tumbuh sebesar 0,36 persen (year-on-year) telah memberikan kontribusi terbesar ketiga pada pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah.
"Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan bagian indikator kinerja utama daerah. Dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani, dilakukan beberapa upaya, di antaranya intensifikasi pertanian dengan dukungan sarana produksi pertanian, gerakan pengendalian terhadap organisme pengganggu tanaman, serta jaminan asuransi pertanian untuk gagal panen," imbuhnya.
Selain itu, ada juga upaya mengendalikan laju inflasi. Antara lain dengan menjaga stabilisasi harga melalui operasi pasar, pemberian bantuan sosial, penguatan ketersediaan pasokan dan stabilitas harga, penyediaan layanan angkutan umum di kawasan aglomerasi perkotaan atau Bus Trans Jateng dengan tarif terjangkau, peningkatan produktivitas dan cadangan pangan, serta peran Tim Pengendali Inflasi Daerah, baik Provinsi dan Kabupaten/Kota.