Pemprov Jamin Sediakan Fasilitas Prokotol Kesehatan Ponpes
Pemerintah Provinsi Jawa Timur memberikan bantuan khusus kepada 4.718 pondok pesantren (ponpes), dengan total santri sebanyak 928.363 orang yang ada di Jatim. Bantuan itu diberikan agar ketika pelaksanaan pendidikan dapat mempertahankan protokol kesehatan.
“Sesuai dengan maklumat PWNU Jatim tentang pembukaan pembelajaran di ponpes, menjadi kewenangan masing-masing pengasuh pondok pesantren. Santri yang tidak ada pendidikan formal dan hanya menjalani program ngaji, mereka bisa langsung masuk ke pondok dengan memperhatikan protokol kesehatan,” kata Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa.
Ada tujuh sarana dan prasarana bantuan Pemprov Jatim untuk pesantren menyambut new normal. Pertama ialah pemberian alat pelindung diri (APD) sebanyak 34.650 buah kepada 1.286 Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) masing-masing maksimal 25 PCS.
Kedua, menyiapkan vitamin C untuk santri sebanyak 92.836 blister, sepuluh persen dari total 928.363 santri yang ada di Jatim, serta kepada ustadz/ustadzah sebanyak 52.759 orang.
Ketiga, bantuan 464.182 masker untuk santri dan 52.759 masker untuk ustadz/uztadzah. Keempat, bantuan 18.567 tempat cuci tangan yang disebar di 4.718 pesantren.
“Kelima, Pemprov Jatim mengusahakan sembako yang akan diberikan kepada ustaz/ustazah, setidaknya kepada 44.845 orang atau 85 persen dari total ustaz/ustazah yang bermukim di pesantren,” sebut Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Wahid Wahyudi.
Keenam, menyiapkan sprayer dan disinfektan untuk kegiatan penyemprotan antivirus di masing-masing pesantren. Ketujuh, menyiapkan 981.122 botol hand sanitizier untuk santri dan ustadz/ustadzah.
"Maka pada akhirnya protokol kesehatan menjadi penting," tegas Wahid Wahyudi.
Tak hanya itu, Pemprov juga telah memberi empat strategi khusus dan enam protokol bagi Ponpes dalam proses penerimaan santri.
Strategi khusus yang dikeluarkan adalah strategi comparative advance, melihat interaksi antara kekuatan dan kelemahan, dimana saat santri kembali ke ponpes diwajibkan menerapkan protokol kesehatan. Kedua strategi diversifikasi, yakni interaksi antara kekuatan dan ancaman. Rekomendasinya, santri kembali ke pesantren secara bertahap.
“Ketiga yang bisa dipilih adalah interaksi antara kelemahan dan peluang, dan rekomendasinya adalah menunda kembalinya santri sambil menunggu penyiapan sarana dan prasarana di pesantren untuk dapat melaksanakan protokol kesehatan,” sebut Wahid Wahyudi.
Keempat adalah strategi defensif dan interaksi antara kelemahan dan ancaman. Untuk strategi ini rekomendasinya adalah menunda kembalinya santri ke ponpes sampai menunggu adanya penurunan angka Covid-19.
Advertisement