Pemkot Surabaya Urung Pembelajaran Tatap Muka, Ini Sikap PGRI
Pemerintah Kota Surabaya akan membatalkan wacana Pembelajaran Tatap Muka (PTM) pada Juli 2021 mendatang, bila kasus Covid-19 terus meningkat. Menanggapi wacana tersebut, Ketua PGRI Surabaya, Agnes Warsiati mengaku tak keberatan akan hal tersebut.
"Kami setuju saja, karena kebijakan tersebut juga untuk kebaikan anak-anak. Pembelajaran di era pandemi ini memang harus disiapkan secara matang tidak boleh tergesa-gesa," ujar Agnes kepada Ngopibareng.id Rabu, 23 Juni 2021.
Agnes menjelaskan, sebelumnya memang Dinas Pendidikan Kota Surabaya (Dindik) sudah melakukan simulasi PTM dibeberapa sekolah. Selain itu aturan saat PTM berlangsung nantinya juga sudah disiapkan.
"Rencananya kalau PTM dilakukan nantinya harus ada izin orang tua. Yang boleh masuk juga hanya 25 persen dari kapasitas kelas. Misalnya satu kelas 40 anak yang masuk nanti hanya 10 orang, tapi hal ini memang dikaji terus akan dilakukan jika Surabaya zonanya sudah bagus (artinya tidak merah)," paparnya.
Saat ditanya kesiapan pembelajaran daring, ketika PTM benar-benar tidak terlaksana. Agnes menyampaikan, pihaknya dan Dindik masih mendiskusikan formula yang pas untuk pembelajaran daring agar anak-anak tidak jenuh.
"Kami masih koordinasi dengan Dindik sejauh mana bisa membantu anak-anak. Karena banyak laporan anak-anak sudah jenuh. Kami akan memfasilitasi bagaimana pola dan formula pembelajaran daring kedepannya," jelasnya.
Terlepas PTM nantinya dilaksanakan atau tidak, Agnes mengimbau pada orang tua dan murid agar tetap menjalankan prokes. Bila prokes dijalankan dengan baik dan angka kasus Covid-19 menurun, PTM akan bisa dilakukan. "Kami imbau kepada keluarga dan anak-anak di rumah untuk tetap jaga kesehatan dan prokes, karena varian baru Covid-19 ini bikin ketar-ketir," imbuhnya.