Pemkot Surabaya Turunkan Angka Anak Stunting 1.657
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, menyebut bahwa jumlah anak dengan kondisi stunting mengalami penurunan. Pihaknya pun mengklaim bakal terus berusaha menurunkan angka itu.
Stunting sendiri adalah kondisi anak yang ditandai ketika panjang atau tinggi badanya kurang jika dibandingkan dengan umurnya. Masalah kesehatan tersebut dipengaruhi asupan gizi.
Walikota Surabaya, Eri Cahyadi meminta agar jajaran Di as Kesehatan (Dinkes), camat, lurah, PKK dan kader kesehatan melakukan pengecekan secara rutin dan pendampingan ke rumah warga untuk mencegah stunting.
"Kalau ada kekurangan tolong disampaikan segera. Insya allah tidak ada lagi yang namanya stunting," kata Eri, melalui pers rilis, Rabu, 26 Januari 2022.
Sementara itu, Kadinkes Surabaya, Nanik Sukristina mengatakan, data pada Oktober 2021 lalu angka stunting total ada 5.727 anak balita. Kemudian tidak sampai akhir tahun angka itu turun menjadi 1.785.
“Dari data 1.785 di 31 Desember 2021 kemarin kita sudah turunkan menjadi 1.657, kemudian ada penurunan sekitar 128. Ini akan kita ikuti perkembangannya sampai 31 Januari,” kata Nanik.
Nanik menyebut pihaknya tengah mengupayakan agar stunting bisa nol kasus dalam tiga bulan ke depan. Ia bakal menggunakan cara pendekatan dan penyuluhan ke masyarakat.
“Karena untuk menurunkan ini (stunting) kan tidak bisa cepat, kita terus upayakan agar tercapai nol kasus,” jelasnya.
Di sisi lain, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jatim, Sjamsul Arief mengatakan, agar tidak ada lagi stunting, yang harus dilakukan adalah melakukan pendataan secara akurat. Mulai dari data kelahiran hingga anak yang berusia kurang dari enam bulan.
“Karena masalah stunting itu timbul berawal dari anak berusia enam bulan. Setelah itu, diikuti perkembangannya seperti apa oleh setiap kader kesehatan dan PKK,” kata Sjamsul.