Pemkot Surabaya: Tuduhan Gubernur Soal Cluster Sampoerna Keliru
Kasus penyebaran covid-19 di pabrik rokok PT. Sampoerna di Jalan Kalirungkut Surabaya, berbuntut panjang. Pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menyangkal tuduhan Pemprov, perihal lambannya penanganan pasien Covid-19.
Koordinator Protokol Komunikasi, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, M. Fikser mengatakan bahwa pernyataan Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, mengenai terlambatnya penanganan pada klaster PT. Sampoerna, sepenuhnya salah.
“Kami Pemkot (Surabaya) dalam hal penanganann Covid-19 selalu serius dan cepat dengan semua informasi yang berkembang. Kami tahu ini penyebaran yang terus meningkat, apa pun informasi kita turun dan mengecek,” kata Fikser, saat berada di ruang Sekertaris Daerah, Sabtu, 2 Mei 2020.
Fikser pun menceritakan, Pemkot Surabaya sudah mengetahui bahwa ada salah satu karyawan PT Sampoerna mengalami gejala covid-19, pada Kamis, 2 April 2020, lalu. Saat itu yang bersangkutan tengah melakukan pemeriksaan di klinik perusahaan itu sendiri.
“Lalu pada tanggal 9 April 2020, dirujuk ke rumah sakit daerah Darmo. Terus tanggal 13 April kemarin, melakukan pemeriksaan tes Swab di RS yang berbeda, baru tanggal 15 April, Pemkot setiap hari melakukan tracing,” jelas Fikser.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Dinkominfo) Surabaya, itu juga membantah adanya laporan pada tanggal 14 April 2020. Ia menyebut, Pemkot Surabaya yang berinisiatif memanggil PT. Sampoerna.
“Kita bisa membantah apa yang disampaikan Gubernur, bahwa tanggal 14 ada laporan (dari PT. Sampoerna) itu keliru. Bukan perusahaan yang lapor kita, tapi kita yang memanggil dan menemukan, serta bukan tanggal 14 tapi tanggal 16 April,” ungkap Fikser.
Fikser mengklaim, Gugus Tugas Penangangan Covid-19 Surabaya, tak pernah terlambat dalam menangani kasus pandemi ini. Ia pun menyebut, para petugas kerap kali mengkonfirmasi sendiri ke RS yang bersangkutan.
“Contoh dari 48 jiwa terkonfirmasi itu 30 orang adalah dari Sampoerna, dari Sampoerna itu kita olah lagi ada 2 yang meninggal. Sehingga kita tahu betul setiap data yang diterima pusat kita konfirmasi, kita tracing ulang, apakah ada yang rawat inap atau rawat jalan, hingga meninggal atau sembuh,” tutup Fikser.