Surabaya Zona Merah, Rencana Buka Sekolah Bikin Pakar Bingung
Rencana Pemerintah Kota Surabaya untuk segera membuka Sekolah Menengah Pertama (SMP) dinilai tidak tepat oleh Pakar Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga, Dr. Windhu Purnomo. Ia pun meminta agar Satgas Covid-19 Pusat turun tangan.
Windhu menyampaikan, rencana tersebut justru sangat berbahaya dan berpotensi terjadi gelombang penyebaran kasus virus corona atau Covid-19 yang baru. Ia menjelaskan, berdasar ketentuan yang dikeluarkan oleh Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 menyatakan sekolah menjadi sektor yang dibuka paling terakhir.
Windu mengaku bingung dengan strategi Pemkot Surabaya. Sebab, berdasarkan rekomendasi dari Satgas Covid-19, hanya sekolah di zona hijau saja yang bisa dibuka. Sementara, menurutnya Surabaya masih masuk dalam zona merah. “Selama belum hijau, kuning pun yang sebenarnya relatif aman aja, gak boleh. Karena sekolah itu dampak ekonomi relatif tidak ada tapi risikonya besar. Dalam ketentuan dia (sekolah) paling akhir boleh diaktifkan, nah Surabaya masih merah,” kata Windhu kepada Ngopibareng.id, Sabtu 1 Juli 2020 sore.
Ketentuan tersebut menjadi satu keharusan yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya, meski Pemkot berencana akan menerapkan sistem shift dalam pembelajaran tatap muka nanti.
Karena itu, ia mengaku tak bisa berkomentar banyak terkait kebijakan tersebut. Hanya, ia berharap ada tanggapan dari Satgas Covid-19 pusat yang membuat ketentuan terhadap pemerintah daerah yang nakal tidak menjalankan aturan. “Saya ingin tahu kemudian Satgas pusat gimana tanggapannya terkait daerah gini-gini,’ katanya.
Ia juga menambahkan, jika Pemkot Surabaya tak percaya dengan kajian akademisi di Surabaya, ia pun tak masalah jika kajian diserahkan pada pusat. “Kalau kami melihat, epidemiologi bisa ngomong Surabaya belum pernah berbulan-bulan turun. Status selalu merah, sedangkan sekolah boleh buka sudah hijau,” ungkapnya.
Menurutnya, upaya separuh-separuh dari Pemkot Surabaya yang seperti ini akan membuat kondisi semakin parah dan makin lama usainya. Meski sebagai pengajar, ia pun mengaku bosan atau merasa kurang nyaman apabila harus belajar tidak secara tatap muka, namun, ini menjadi keharusan dalam rangka menyelamatkan jiwa masyarakat agar tidak terpapar.
Sebelumnya, Pemkot Surabaya berencana membuka sekolah lagi karena selama masa belajar di rumah justru membuat banyak anak-anak bersepeda sampai tengah-tengah malam. Hal itu menruut Pemkot Surabaya juga dilarang karena pelajar harus menjaga diri dalam mencegah penyebaran Covid-19.
Advertisement