Pemkot Surabaya Klaim Bakal Berupaya Stabilkan Harga di Pasar
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melakukan upaya antisipasi anjloknya sektor ekonomi. Salah satu caranya ialah menjaga harga barang di pasar, agar tak mengalami kenaikan yang signifikan.
Walikota Surabaya, Tri Rismaharini mengatakaan pendeteksian secara dini kondisi pasar merupakan langkah awal yang bakal ditempuh oleh Pemkot Surabaya, guna mengantisipasi melemahnya ekonomi.
“Kita harus mendeteksi kondisi di lapangan, mulai harga sampai ketersediaan. Jadi barang itu ada, enggak?, kemudian langkah apa tidak, harganya, naik atau tidak,” kata Risma, di Balai Kota Surabaya, Kamis, 10 september 2020.
Nantinya, lanjut Risma, ketika sudah mendapatkan data mengenai kondisi pasar, Pemkot Surabaya akan langsung melakukan pemenuhan barang, agar tak terjadi lonjakan harga.
Oleh karena itu, kata Risma, agar rencana berjalan lancar, koordinasi antara pihak terkait sangat dibutuhkan. Pasalnya, data tersebut diharapkan dapat menekan kenaikan harga di masyarakat.
“Nah itu harus diantisipasi, setelah itu dilaporkan pada kami, dan kami akan segera melakukan koordinasi. Kalau naik harganya, bagaimana pun diturunkan secepat mungkin,” ucapnya.
Risma pun mengungkapkan upaya lain yang tengah diambil Pemkot Surabaya adalah terus memantau pertumbuhan Usaha Kecil Mikro Menengah (UMKM) milik masyarakat di Kota Pahlawan itu.
“Kemudian sekarang kan banyak tumbuh UMKM baru, yang kita tau rata-rata bentuknya seperti warung kopi, toko, dan macam-macam. Nah, saya minta untuk diberikan izin yang warga Surabaya,” tutupnya.
Perlu diketahui, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Surabaya, tercatat dari 11 kelompok pengeluaran yang ada, delapan kelompok pengeluaran mengalami inflasi (kenaikan harga).
Dua kelompok pengeluaran mengalami deflasi (penurunan harga). Dan hanya satu kelompok pengeluaran tidak mengalami perubahan angka indeks yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan.
Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 1,59 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi tertinggi yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau yaitu sebesar 0,80 persen.