Pemkot Surabaya Gelar Pameran Foto dan Bedah Buku Kesejarahan
Pemerintah Kota Surabaya menggelar pameran fotografi dan bedah buku 'Pasak Sejarah Indonesia Kekinian' di Ciputra World Surabaya.
Dalam Pameran fotografi bertema Napak Tilas Sejarah Surabaya itu, dipamerkan hasil karya para finalis lomba fotografi yang digelar Pemkot Surabaya sejak beberapa bulan lalu.
Pada kesempatan itu, Pemkot Surabaya juga memberikan hadiah kepada para pemenang berupa uang tunai, trophy, dan piagam penghargaan kepada tiga pemenang utama, dan 10 nominator lainnya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam sambutannya yang disampaikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Antiek Sugiharto mengatakan fotografi merupakan salah satu media untuk menyampaikan pesan.
"Dalam konteks Kota Surabaya, saya juga menggunakan foto sebagai salah satu cara untuk menyampaikan hasil-hasil pembangunan di Kota Surabaya saat presentasi, baik di dalam maupun di luar negeri. Banyak audiens yang sangat mengapresiasi kemajuan pembangunan Kota Surabaya dengan foto-foto tersebut,” kata Antiek menyampaikan sambutan Risma, di Ciputra World Surabaya, Rabu, 21 November 2018.
Bahkan, ia juga menilai tema lomba foto dan pameran kali ini sangat tepat, yakni Napak Tilas Sejarah Surabaya. Sebab, objek-objek lokasi yang mempunyai nilai sejarah bisa dibingkai dalam seni fotografi dan kemudian ditampilkan dalam pameran foto ini.
"Hal ini diharapkan mampu memberikan pesan semangat perjuangan para pahlawan di masa lampau kepada para generasi muda saat ini," kata dia.
Di samping itu, lanjut dia, antusiasme insan fotografi Surabaya dalam mengikuti lomba ini layak diapresiasi, baik dari jumlah peserta yang kian meningkat maupun kualitas karya fotonya yang semakin bagus.
Tingginya animo insan fotografi ini sangat dipahami oleh Pemkot Surabaya, sehingga selalu rutin digelar event-event lomba fotografi di Kota Surabaya.
"Setiap tahun kami rutin menggelar pameran fotografi, yakni pada Bulan Mei dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Surabaya dan juga pada Bulan November dalam rangka Hari Pahlawan," ujarnya.
Pada kesempatan itu, Pemkot Surabaya juga menggelar bedah buku 'Pasak Sejarah Indonesia Kekinian' hasil karya Tim Cagar Budaya Surabaya. Salah satu tim ahli cagar budaya Surabaya, Prof Johan Silas, menjadi pembicara pada bedah buku itu.
Saat itu, professor dari ITS ini menjelaskan bahwa pertempuran 10 November di Surabaya merupakan pasak atau paku bagi sejarah kemerdekaan di Indonesia. Melalui pertempuran ini, semangat untuk mempertahankan kemerdekaan tumbuh di kalangan masyarakat Indonesia.
"Makanya, pasak ini dicantumkan dalam sub judul atau nama buku ini," kata Johan.
Sebenarnya, banyak referensi yang membahas tentang peristiwa 10 November yang sangat fenomenal ini. Bahkan, ia mencatat setidaknya ada 40 referensi yang bisa digunakan untuk mengetahui sejarah 10 November itu.
"Namun, dalam buku ini kami benar-benar saring dan kami teliti. Jadi tidak asal comot, tim cagar budaya pun harus mengetahui sejarahnya. Yang kami cantumkan dalam buku ini, pasti ada di 3 sampai 4 buku referensi yang tema dan pembahasan sama," kata dia
Bahkan, proses penelitian buku ini menelan waktu selama 4 tahun, ditambah lagi lama penulisannya satu tahun. "Jadi, prosesnya sekitar 5 tahunan dari penelitian hingga penulisan," pungkasnya. (frd)
Advertisement