Pemkot Surabaya Beri Penghargaan ke-40 Peserta Eco School
Puluhan siswa, SD dan SMP bersama sejumlah keluarga serta perwakilan dari sekolah menerima penghargaan Awarding Surabaya Eco School 2020 di Ruang Sidang Wali Kota, Lantai II Balai Kota Surabaya, Jumat 8 Desember 2020. Penghargaan tersebut diberikan langsung oleh Pelaksana Tugas (Plt) Walikota Surabaya, Whisnu Sakti Buana.
Whisnu menyampaikan apresiasinya terhadap semua pihak yang telah tergabung dalam program yang merupakan kerja sama Pemkot Surabaya dengan Tunas Hijau itu. Sebab, mereka telah membuat hal positif terhadap lingkungan.
Kegiatan yang banyak dilakukan seperti penghijauan, hidroponik, kemudian bank sampah, lalu kreatifitas siswa dalam mendaur ulang sampah menjadi hal berguna dinilai telah memperbaiki kondisi lingkungan di Kota Pahlawan.
"Karena memang Surabaya sendiri sudah berhasil menurunkan dua derajat suhu pemanasan global. Ini yang kita harapkan bisa berlanjut pada generasi ke depan, anak muda, anak didik yang melanjutkan kita," kata Whisnu saat ditemui usai acara.
Menurut Whisnu, melalui pendidikan terhadap kepedulian lingkungan lebih awal, maka akan menumbuhkan kebiasaan yang lebih baik bagi anak-anak. Meski begitu, kekurangan terkait kepedulian lingkungan juga diharapkan bisa terus diperbaiki ke depannya.
Apalagi, kata Whisnu, problem yang ada di perkotaan sendiri salah satunya adalah tentang sampah dan banjir. Untuk mengatasi hal itu diperlukan upaya-upaya pengelolaan sampah yang dimulai dari hulu, seperti di sekolah, rumah tangga dan perkampungan.
"Contoh tadi ada SDN Menanggal yang mengolah kompos sampai bisa menghasilkan 1 ton kompos. Juga beberapa SD lain yang bisa sampai tiga ton. Ini kan luar biasa. Hal seperti ini yang kita harapkan sehingga nanti sampai bisa tereduksi dari hulunya," papar dia.
Sementara itu, Presiden Tunas Hijau Mochamad Zamroni menambahkan, gerakan Sekolah dan Keluarga Sadar Iklim 2020 diluncurkan oleh Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya Supomo pada 23 September 2020. Kemudian pada 25 September 2020 dilakukan workshop secara virtual. “Semua mulai aksi pada 1 Oktober 2020. Aksi dilakukan selama 77 hari,” kata Zamroni.
Dalam setiap aksi, kata Zamroni, setiap sekolah mengirimkan peserta sebanyak 10 keluarga. Peserta ini bisa berasal dari keluarga siswa, guru, atau karyawan sekolah. Selama program berlangsung, tercatat ada 4.200 keluarga dengan sekitar 28.100 aksi.
“Aksi paling mudah memang belanja dalam kemasan besar atau menghindari belanja sasetan. Aksi tersebut banyak dilakukan oleh keluarga sadar iklim,” katanya.
Zamroni menyebut, ada pula aksi merawat tanaman di rumah, mengumpulkan minyak jelantah dengan mengajak tetangga sekitar, memilah sampah organik dan non organik, membuat pupuk kompos, dan lain sebagainya.
“Para keluarga yang menang, memang intensitas aksinya cukup tinggi. Aksi ini berulang kali dilakukan dan jadi pembiasaan sehari-hari,” pungkasnya.