Pemkot Sebut Naiknya Bahan Pokok karena Wabah PMK
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menyebut jika naiknya beberapa bahan pokok dipicu oleh penyebaran wabah Penyakit Mulut dan Kaki (PMK). Mereka berjanji bakal mencari jalan keluar untuk permasalahan itu.
Hal tersebut diungkapkan oleh, Kepala Bidang (Kabid) Distribusi Perdagangan, Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan (Dinkopdag) Surabaya, Devie Afrianto.
Devie mengatakan, beberapa di antara bahan pangan yang mengalami kenaikan tersebut adalah telur dan ayam. Hal ini lantaran masyarakat tengah membutuhkan dua makanan itu.
"Harga bahan pokok naik. Kemudian telur naik itu karena kebutuhan tinggi jadi memang telur protein bisa jadi substitusi daging ayam dan sapi," kata Devie ketika dikonfirmasi, Sabtu, 4 Juni 2022.
Naiknya dua bahan pokok tersebut, kata Devie, diduga karena menyebarnya wabah PMK. Kemudian, masyarakat yang takut mengonsumsi daging sapi beralih ke telur dan ayam.
"Ini imbas dari PMK. Jadi pola pembelian berbeda. Banyak beralih ke telur," jelasnya.
Devie mengungkapkan selain telur dan ayam, bahan pokok lain yang mengalami kenaikan adalah sayuran dan cabai. Padahal, menurut dia, bahan-bahan mentah tersebut masih banyak di pasaran.
Oleh karena itu, Devie menyebut pihaknya akan bekerja sama dengan Dinas Pertanian yang memiliki akses ke petani. Hal ini dilakukan untuk mencari jalan keluar atas naiknya bahan pokok.
"Yang ditegaskan itu harga bergerak naik, tapi pasokan lancar. Jadi dua minggu terakhir terpantau di pasar apakah pasokan mudah atau konsumen tetap beli normal, dan semua beli normal,” ucapnya.
Jalan keluar lain, kata Devie, Pemkot Surabaya akan segera mengadakan operasi pasar, untuk menjual bahan pokok murah. Namun, hal itu hanya diperuntukkan bagi pedagang.
"Karena kalau langsung ke warga, pembelian tidak banyak. Kami lakukan operasi pasar Minggu depan," ujar dia.
Sebelumnya pantauan Ngopibareng.id, harga cabai rawit dan besar di sejumlah pasar tradisional di Surabaya mulai melambung, pada Jumat, 3 Mei 2022. Kenaikan tersebut membuat para pedagang maupun pembeli mengeluh.
Salah satu pedagang di Pasar Keputran Surabaya, Umi mengatakan, menjual cabai rawit dengan kualitas sedang dengan harga Rp 75.000, sedangkan untuk yang lebih bagus dijual Rp 80.000.
“Lombok (cabai rawit) yang standar 75 ribu, kalau ditawar ya sekitar 73 ribu mentoknya. Kalau yang bagus 80 ribu, gak bisa kurang ini,” kata Umi ketika ditemui di lapaknya.
Harga cabai rawit tersebut mulai naik hari Jumat kemarin. Sebab, pada Minggu sebelumnya, 29 Mei 2022 lalu, harga bahan masakan itu masih menyentuh harga Rp 55.000 hingga Rp 60.000.
“Gak ngerti lapo larang (tidak tahu kenapa mahal), Minggu kemarin masih 60 ribuan. Besok-besok gak ngerti mudak maneh tha gak (besok tidak tahu bakal turun atau malah tambah mahal),” jelas Umi.