Pemkot Probolinggo Fasilitasi Satu Pesantren Satu Produk
Pesantren diharapkan tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama, tetapi juga membekali santrinya dengan kewirausahaan (enterprenuership). Melalui kewirausahaan diharapkan paling tidak, satu pesantren satu produk (One Pesantren On Product/OPOP).
“Kami mencoba mengangkat potensi pondok pesantren dalam hal berwirausaha. Sehingga santri-santri di sana, keluar dari pondok, sudah punya skill bisa menjadi wirausaha baru,” kata Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan Perdagangan (DKUPP) Kota Probolinggo, Fitriawati di sela-sela pelatihan kewirausahaan kepada para santri di Ballroom Paseban Sena, Probolinggo, Senin, 1 November 2021.
Pelatihan melibatkan narasumber Sekretaris Tim OPOP Jawa Timur Mohammad Ghofirin. Sebanyak 100 santri dari berbagai pesantren di Kota Probolinggo mengikuti pelatihan kewirausahaan.
Melalui program prioritas “Jatim Kerja”, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mendorong pemerintah daerah untuk mengembangkan produk UMKM di pesantren. Seusia Pergub 62/2020, setiap pesantren diharapkan menghasilkan minimal satu produk.
Fitri mengaku, berusaha membantu para santri menjalankan program OPOP. Apalagi pesantren memiliki potensi besar dan para santri bisa melakukan banyak hal. “Tidak hanya satu pesantren satu produk saja. Kita bisa melihat tadi di pintu masuk, satu pondok pesantren bisa menghasilkan dua sampai tiga produk,” katanya.
Fitri berkeyakinan, jika pemerintah dapat membantu memasarkan bersama, melakukan pendampingan dalam hal pengembangan produk juga koperasinya, dan juga membantu permodalannya (Bank Jatim), maka harapan OPOP di Kota Probolinggo dapat berjalan sukses.
“Di Kota Probolinggo juga pesantren harus dimasukkan ke dalam pengurusan OPOP. Sehingga pemerintah dapat bekerjasama dengan mereka, memfasilitasinya juga,” ujarnya.
Sementara Walikota Hadi Zainal Abidin mengimbau, seluruh pemangku kebijakan (stakeholder) terkait dalam pengembangan OPOP untuk untuk berpartisipasi aktif menyukseskan prioritas Gubernur Jawa Timur. “Terkait dengan adanya one pesantren one produk, itu suatu langkah yang luar biasa. Pesantren harus tersentuh program-program pemerintah,” katanya.
Habib Hadi, panggilan akrab walikota, menambahkan, Pemkot Probolinggo berkomitmen hadir untuk menampung hasil produk kewirausahaan pesantren. Pemkot pun sudah melirik tanah aset Pemprov Jatim di Triwung, Kecamatan Kademangan. “Kami akan membangun (gerai) khusus untuk hasil produk pesantren-pesantren, untuk ditaruh di galeri itu sebagai oleh-oleh khas Kota Probolinggo,” katanya.
Pemkot tetap akan memfasilitasi pelaku UMKM pesantren untuk berkarya. Misalnya dengan memberikan stand pada pasar tugu, bazar, pameran. “Dengan melibatkan pondok pesantren, ini untuk mendorong bertumbuhkembangnya hasil produksi di lingkungan pondok pesantren,” ujar Habib Hadi.
Pemkot juga menyiapkan marketplace dengan DKUPP untuk penjualan online. “Sehingga kami nanti melatih penjualan online bagi pesantren harus bisa bersaing, supaya kita bisa mengembangkan produk-produk yang menjadi di masing-masing pondok pesantren,” jelasnya.
Seperti diketahui, sebanyak 18 pesantren di Kota Probolinggo mengikuti pelatihan kewirausahan yang digelar DKUPP. Sebagian pesantren sudah memiliki produk unggulan, yang dipasarkan ke masyarakat. Pesantren MIftahul Assalami menghasilkan produk kerajinan. Pesantren Almansyuri membuat minuman jahe merah. Pesantren Riyadlus Sholihin menelurkan banyak produk seperti, kecap, sabun cair, kaligrafi dan lukisan bakar.
Advertisement