Pemkot Pasuruan Bentuk Tim Identifikasi Kondisi Sekolah
Pemerintah Kota (Pemkot) Pasuruan bergerak cepat guna menyelesaikan peristiwa ambruknya atap sekolah SDN Gentong, 5 November 2019 lalu. Tragedi ini menyebabkan dua orang meninggal dunia, dan belasan korban terluka.
Plt Walikota Pasuruan, Raharto Teno Prasetyo mengatakan, dirinya kini membentuk tim identifikasi untuk menelusuri penyebab dan potensi bencana di sekolah lainnya.
"Sekarang kita bentuk tim identifikasi dengan investigasi karena tahun yang sama 2012 itu ada 20 sekian sekolah lain yang dibangun dengan sistem yang sama secara swakelola, dan saat itu kita tau kondisi seperti itu takutnya ada sekolah lain yang berpotensi menyebabkan bencana seperti itu," kata pria yang akrab disapa Teno itu saat ditemui di Pendopo Kota Pasuruan, Selasa 12 November 2019.
Pendataan itu, kata Teno, tidak hanya dilakukan untuk tahun 2012 saja. Nanti akan dilakukan secara bertahap untuk memastikan kondisi sekolah benar-benar layak digunakan.
"Nanti secara bertahap karena treatmen kita pertama (trauma healing) baru kita kembangkan, karena potensi 2012 cukup besar yang kita identifikasi dan investigasi dulu. Kita dalam hal ini menggandeng lembaga berkompeten untuk identifikasi termasuk Kementerian PUPR dan Kemendikbud," ujarnya.
Politisi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan itu mengungkapkan jika bencana itu memang disebabkan oleh perencanaan yang tidak sempurna. Rehabilitasi gedung tidak dilakukan penghitungan ulang dan perencanaan yang matang.
"Bangunan lama tidak dihitung kembali langsung main perencanaan, terus perencanaan tidak matang sehingga gagal konstruksi," ungkapnya.
Sedangkan untuk indikasi korupsi, Teno menyerahkan semuanya kepada penyidik KPK maupun Subdit Tipikor Ditreskrimsus Polda Jatim.
"Kita kembalikan kepada penyidik, kita tidak akan menghalangi itu. Yang pasti, langkah pertama kita mengembalikan kondisi psikis siswa," kata dia.
Sementara itu, saat ini proses belajar mengajar SDN Gentong kembali berjalan di tempat berbeda yakni di Gedung Madrasah Diniyah yang tak jauh dari lokasi kejadian.
Proses belajar mengajar sendiri belum bisa berjalan normal karena kondisi psikologis para siswa yang masih trauma. Sehingga, Pemkot menurunkan beberapa tim untuk melakukan trauma healing kepada siswa, guru, dan orang tua.