Pemkot Tak Mau Gegabah Buka Wisata di Malang
Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang, Ida Ayu Made Wahyuni mengatakan tak ingin tergesa-gesa membuka tempat pariwisata. Apalagi, di masa transisi yang diperpanjang sampai 14 Juni 2020.
"Lebih baik kami pelan-pelan tapi aman daripada tergesa-gesa tapi ada peningkatan kasus lagi," katanya, Senin 8 Juni 2020.
Ida berharap kepada para pelaku wisata untuk menyiapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) protokol kesehatan Covid-19 yang sudah tertuang dalam Peraturan Wali Kota Malang Nomor 19 Tahun 2020.
"Kalau destinasi wisata sudah siap dengan protokol kesehatan silakan buka. Tetapi kalau belum, tidak usah buka," ujarnya.
Beberapa SOP protokol kesehatan yang harus diberlakukan oleh pelaku wisata antara lain pengecekan suhu tubuh, menyediakan ruang isolasi serta ada gugus tugas.
"Selain itu, pengunjung harus mengenakan masker, wajib cuci tangan, petugas dilengkapi APD dan tempat wisata rutin disemprot disinfektan," katanya.
Ida menambahkan, pihaknya sudah melakukan sosialisasi kepada para pelaku wisata terkait dengan penerapan SOP protokol kesehatan tersebut.
"Kami juga sudah turun ke lapangan untuk melihat kesiapan protokol kesehatan dari masing-masing industri dan sekaligus sosialisasi. Kalau sudah dipenuhi, maka akan kami kasih tanda sudah memenuhi protokol kesehatan," katanya.
Sementara, sejumlah lokasi wisata di Kota Malang masih tutup. Seperti Kampung Warna-Warni dan Jodipan belum dibuka.
“Sebenarnya kan sekarang itu belum bebas wabah corona ya. Kami lihat tetangga kami yaitu Surabaya saja masih tinggi jadi kami was-was untuk buka kembali,” kata Ketua RW 02 Jodipan, Soni Parin.
Menurut Soni, pembukaan destinasi wisata di tengah pandemi Covid-19 yang masih tinggi berpotensi memperluas penyebaran. Karenanya, warga memutuskan menutup Kampung Warna-warni.
“Yang ke sini itu kebanyakan wisatawan luar kota seperti Surabaya, Jawa Tengah dan Jakarta. Kalau kasus di wilayah itu masih tinggi, kami takut,” ujarnya.
Soni mengakui ekonomi warga di kampungnya terdampak pandemi Covid-19. Apalagi mayoritas warga mengandalkan pendapatan dari wisatawan yang datang ke Kampung Warna-warni.
“Ekonomi memang penting, tapi kesehatan dan keselamatan jauh lebih penting,” katanya.
Advertisement