Pemkot Malang Minta Kemendag Segera Atasi Harga Kedelai
Pemerintah Kota (Pemkot) Malang meminta kepada Kementerian Perdagangan (Kemendag) Republik Indonesia (RI) untuk bisa segara mengambil langkah terkait kenaikan harga kedelai. Saat ini harga kedelai di Kota Malang menyentuh harga Rp11 ribu per kilogram dari semula Rp9 ribu per kilogram.
Kenaikan harga kedelai diduga karena akibat inflasi. Berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT) harga kedelai pada pekan kedua Februari 2022 sudah mencapai 15,77 dolar Amerika Serikat per bushels.
Karena kedelai ini adalah komoditas impor kata Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan, Muhammad Sailendra, pihaknya berharap agar Kemendag bisa memastikan ketersediaan kedelai meskipun harganya naik.
"Kalau kedelai itu kan impor ya. Kami melakukan komunikasi ke Kementerian Perdagangan istilahnya membantu suplai kedelai itu di daerah," ujarnya pada Sabtu 19 Februari 2022.
Sailendra mengatakan bahwa kepastian ketersediaan kedelai sangat dibutuhkan oleh produsen tempe di Kota Malang. Sebab, jika terjadi kelangkaan kedelai. Maka proses produksi tempe bakal sangat terdampak.
"Tiap produsen tempe kebutuhan untuk produksi per hari 200 sampai 300 ribu untuk bahan baku. Sekitar rata-rata 20 kilogram," katanya.
Sailendra menambahkan di Kota Malang setidaknya ada sekitar 400 produsen tempe yang ada di sentra tempe di Kampung Sanan, Blimbing, Kota Malang.
"Kami sudah melakukan komunikasi dengan Kemendag. Namun saat ini masih belum menerima informasi terkait (ketersediaan kedelai)," ujarnya.
Sementara itu Distributor Kedelai Sentra Tempe Sanan, Ita mengatakan bahwa sebelumnya harga kedelai sebesar Rp9 ribu per kilogram, namun saat ini mengalami kenaikan menjadi Rp11 ribu.
"Salah satunya (faktor harga kedelai naik) juga seperti fluktuasi nilai tukar dollar yang mempengaruhi harga kedelai," ujarnya.
Karena harga naik kata Ita, permintaan kedelai dari produsen tempe menjadi menurun. Jika harga normal ujarnya permintaan kedelai mencapai lima ton per hari.
Tetapi setelah harga mengalami kenaikan kata Ita, permintaan mengalami penurunan kisaran 10-20 persen menjadi empat hingga 4,5 ton saja per hari.
"Banyak produsen yang mengurangi produksi mereka. Karena harga kedelai lagi mahal," katanya.