Pendidikan Akhlak dan Akidah, Pemkot Malang Benahi Kurikulum
Wali Kota Malang, Sutiaji mengatakan penguatan akhlak dan penanaman aqidah pada anak usia dini sangatlah penting. Pasalnya, kedua hal itu berguna untuk mewujudkan kecerdasan spiritual pada anak usia sekolah di masa mendatang.
"Kita harus kuatkan penanaman akidah dan akhlak pada anak didik, agar mereka tidak saja cerdas secara akademik tapi seiring dengan itu juga cerdas secara spiritual," kata Wali Kota Malang, Sutiaji di SD Islam Sabilillah, Sabtu 20 Oktober 2018.
Bahkan, Pemerintah Kota Malang berencana menyusun kurikulum baru tentang penguatan akhlak dan penanaman akidah . Kurikulum tersebut bakal direalisasikan bagi siswa kelas satu dan kelas dua di sekolah dasar.
Ke depan, peserta didik di dua jenjang itu tak lagi fokus belajar baca, tulis dan hitung (Calistung) saja. Namun juga lebih ditanamkan perihal penanaman akhlak hingha penguatan aqidah.
"Anak-anak di kelas satu nanti tidak belajar Calistung tapi belajar bagaimana menghormati orang tua, belajar bagaimana budaya antre, belajar tidak mengambil hak orang lain dan sejenisnya. Ini yang saya kira penting ditanamkan pada anak usia dini," tuturnya.
"Kita harus kuatkan penanaman akidah dan akhlak pada anak didik, agar mereka tidak saja cerdas secara akademik tapi seiring dengan itu juga cerdas secara spiritual," kata Wali Kota Malang, Sutiaji.
Kurikulum ini rencananya akan dipresentasikan kepada pemerintah pusat dalam waktu dekat. Harapannya, siswa kelas satu dan dua yang lebih menekankan penguatan akhlak dan akidah bisa menjadi "role model" bagi dunia pendidikan di Indonesia.
"Banyak kepala daerah yang tidak senang investasi pendidikan karena hasilnya bisa dilihat setelah 25 tahun. Berbeda dengan investasi fisik seperti jembatan dan sebagainya yang hasilnya bisa kita lihat dalam waktu 5 tahun," terangnya.
"Karena itu Pemkot Malang mencoba menginisiasi bagaimana investasi pada dunia pendidikan mampu melahirkan manusia yang unggul tidak saja secara akademik tapi juga baik secara spiritual," tambahnya.
Selain itu, Sutiaji menyampaikan, berdasarkan hasil penelitian, peserta didik kelas satu dan dua, memiliki saraf motorik yang kuat. Sehingga dengan begitu pendidikan akhlak dan penguatan aqidah diharapkan mampu tertancap sampai kelak mereka dewasa.
"Kalau belajar Calistung dengan metode terbaru itu, bisa dikejar dalam waktu 3 bulan tapi pendidikan akhlak ini membutuhkan proses dan harus bersinergi antara sekolah dan orang tua," pungkasnya. (umr)
Advertisement