Pemkot-Bulog Operasi Pasar Turunkan Harga Minyak Goreng
Sejak sekitar sebulan lalu, harga minyak goreng baik jenis kemasan maupun curah di Probolinggo, Jawa Timur, naik. Untuk menstabilkan harga, Pemkot Probolinggo bersama Bulog setempat pun menggelar operasi pasar di sejumlah titik di Probolinggo. Agenda ini dilakukan sejak sekitar dua pekan lalu.
“Untuk menstabilkan harga minyak goreng dan meringankan beban ekonomi warga, kami bersama Bulog Probolinggo menggelar operasi pasar sejak 17 November 2021 lalu,” ujar Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Pemkot Probolinggo, Setyorini Sayekti, Jumat, 26 November 2021.
Operasi pasar digelar di sejumlah titik yakni, di kawasan alun-alun dan tiga pasar tradisional (Pasar Wonoasih, Padar Kronong, dan Pasar Baru). Operasi pasar digelar setiap hari karena minyak goreng termasuk sembilan bahan pokok (sembako) yang dibutuhkan warga sehari-hari.
Rini, panggilan akrab Setyorini Sayekti mengatakan, naiknya minyak goreng ini karena stok di Kota Probolinggo terbatas. Sehingga jika kekurangan maka minyak goreng didatangkan dari luar daerah.
“Seperti diketahui, Kota Probolinggo bukan daerah penghasil minyak goreng, sehingga komoditas ini harus didatangkan dari daerah lain,” ujarnya. Hal ini diduga menjadi penyebab merangkaknya harga minyak goreng sejak awal November lalu.
Agar harga minyak goreng terjangkau oleh kantung masyarakat, Pemkot Probolinggo dan Bulog setempat menjual minyak goreng dengan harga lebih murah dibandingkan di pasaran.
Selain melakukan operasi pasar, tim Satgas Pangan Kota Probolinggo juga telah bergerak. “Memang hasil penelusuran tim Satgas Pangan, belum ditemukan adanya penimbunan minyak goreng dalam jumlah besar, baik minyak goreng kemasan maupun curah,” ujar Rini.
Seperti diketahui, sejak awal November lalu, minyak goreng naik. Minyak goreng kemasan 1 liter yang awalnya Rp14.000 naik menjadi Rp18.000.
Minyak goreng kemasan 2 liter yang sebelumnya Rp30.000 naik menjadi Rp36.000. Sedangkan minyak goreng curah yang sebelumnya Rp12.000 naik menjadi Rp18.000-19.00 per liter.
Naiknya minyak goreng tentu saja dikeluhkan banyak konsumen baik pedagang makanan dan ibu rumah tangga. “Naiknya minyak goreng membuat keuntungan saya semakin menipis. Kue gorengan tidak saya naikkan, khawatir pelanggan lari,” ujar Ny. Mila, pedagang gorengan di Jalan Suroyo, Kota Probolinggo.
Hal senada diungkapkan Ny. Hafna, warga Jalan Letjen Sutoyo, Kota Probolinggo. “Naiknya minyak goreng membuat saya harus lebih berhemat dalam berbelanja. Saya siasatim lauk yang bisa dibakar atau dipanggang, tidak saya goreng,” ujar ibu rumah tangga itu.