Pemkab Tunggu Pembebasan Lahan di Proyek Jalan Tol Bojonegoro
Pemerintah Kabupaten Bojonegoro menunggu pembebasan lahan untuk proyek jalan tol Ngawi-Bojonegoro-Tuban (Ngaroban) sepanjang 116,7 kilometer. Pasalnya sejak diumumkan oleh pemerintah pusat, Proyek Strategis Nasional (PSN) ini belum ada pergerakan terbaru soal pembebasan lahan di 68 desa dan 16 kecamatan di Bojonegoro ini.
Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bojonegoro Hanafi, hingga kini belum ada informasi soal pembebasan lahan untuk proyek jalan tol Ngaroban.
"Ya, sampai saat ini belum ada informasi pembebasan lahan," ujarnya pada Ngopibareng.id, Kamis 19 Mei 2022. Hanafi mengaku, DLH Bojonegoro juga menunggu informasi pembebasan lahan tersebut.
Pengakuan sama juga diungkapkan Camat Ngraho, Masirin, yang menyatakan daerahnya terdampak proyek jalan tol Ngaroban. Menurutnya dari 16 desa di Kecamatan Ngraho, kemungkinan ada dua terkena proyek jalan tol. Yaitu Desa Klempun dan Desa Jumok.
"Ya, ada dua desa yang kemungkinan terkena proyek jalan tol Ngaroban," ujarnya pada Kamis, 19 Maret 2022.
Namun, lanjut Masirin, bisa jadi jumlah desa di Kecamatan Ngraho, tidak hanya di Desa Klempun dan Desa Jumok. tapi ada tambahan lagi, yaitu Desa Pandan dan Tanggungan. Prediksi itu sesuai jalur desa di sebelah timur jalan utama Padangan- Ngraho.
"Lihat alurnya, bisa jadi ada tambahan, tapi saat sosialisasi kita tidak diberitahu," imbuh mantan Kapala Bagian Humas, Protokol dan Komunikasi Pimpinan Pemkab Bojonegoro ini.
Proyek jalan tol Ngaroban sepanjang 116,7 kilometer di antaranya akan memanfaatkan tanah Solo Valley Werken. Tanah yang sebelumnya berupa sungai (kanal) bisa dimanfaatkan mengingat statusnya adalah tanah negara.
Menurut Sekretaris Daerah Bojonegoro, Nurul Azizah, jalan tol Ngaroban adalah Proyek Strategis Nasional (PSN) Pemerintah Pusat. Nantinya, jalan tol ini akan mengoneksi dengan tol Solo-Ngawi-Kertosono. ”Ini proyek strategis nasional,” ujarnya pada Ngopibareng.id, Rabu, 16 Februari 2022.
Proyek jalan tol ini telah dipaparkan Perwakilan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Ridwan Hoesin di Bojonegoro, Selasa 15 Februari 2022 lalu.
Intinya penyampaian proyek bernilai sekitar Rp23,7 triliun lebih itu di antaranya memanfaatkan tanah Solo Valley Werken. ”Itu karena statusnya tanah negara. Jadi relatif mudah prosesnya,” ujarnya kepada Ngopibareng.id.
Dalam sejarah, Solo Valley Werken adalah kanal yang dibangun Pemerintah Belanda pada era Ratu Wilhelmina sekitar tahun 1930-an. Titik hulunya berada di Kecamatan Ngraho, atau berjarak sekitar 42 kilometer barat daya Kota Bojonegoro.
Untuk di Bojonegoro, kanal dengan panjang sekitar 73 kilometer lebar 100 meter ini, dibangun untuk mengatasi krisis air, terutama di bagian selatan yang dahulu dikenal kering. Pembangunannya hampir bersamaan dengan Bendungan Pacal (Waduk Pacal) berada di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, Bojonegoro.
Solo Valley Werken melewati beberapa kecamatan di Bojonegoro bagian selatan dan tengah. Mulai dari Kecamatan Ngraho, Padangan, Tambakrejo, Purwosari, Gayam, Kalitidu, Ngasem, Dander, Kecamatan Kota, Kapas, Balen, hingga ke Baureno.