Pemkab Banyuwangi Serap Solusi Pembangunan, Ekonomi Hingga Pariwisata dari Anak Muda
Pemkab Banyuwangi kembali menggelar "Nongkibar" (Nongkrongin Ilmu Bareng). Kegiatan ini diikuti puluhan anak muda yang rata-rata masih berstatus mahasiswa. Event ini menjadi salah satu sarana melibatkan kalangan muda Banyuwangi untuk memberikan solusi untuk menjadikan Banyuwangi lebih baik.
Dalam ajang ini muncul ide gagasan mulai peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan, pemanfaatan platform digital untuk pemberdayaan ekonomi, hingga peningkatan sport tourism sebagai upaya meningkatkan potensi pariwisata.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani hadir dalam acara yang digelar di Ampitheater Radio Blambangan FM, Banyuwangi. Acara ini digelar Minggu, 12 Mei 2024 sore. Nongkibar kali ini juga menghadirkan komika yang meraih penghargaan 100 Most Influential Women versi BBC (British Broadcasting Company), Sakdiyah Ma’ruf.
Sakdiyah Ma’ruf berbagi inspirasi untuk memantik anak muda dapat menghadirkan solusi untuk Banyuwangi ke depan. Sakdiyah menceritakan dirinya yang tumbuh dalam keterbatasan dan budaya patriarki yang kuat di lingkungannya. Diskriminasi gender dan intoleransi kerap dialaminya. “Hal ini membuat saya terpantik untuk berbuat lebih. Menyuarakan ketidakadilan tersebut dalam balutan komedi,” katanya.
Sementara itu, Bupati Ipuk mengajak para anak muda yang hadir untuk ikut memberikan gagasan dan solusi. Ipuk mengaku masih menyimpan berbagai harapan anak-anak muda Banyuwangi yang dikumpulkan pada Nongkibar beberapa tahun lalu. Setahap demi setahap harapan tersebut terus diupayakan untuk terwujud.
“Saat ini, anak-anak muda yang berkumpul di Nongkibar ini, saya ajak untuk tidak hanya berharap. Tapi, bagaimana menghadirkan solusi-solusi konkrit untuk mengatasi berbagai persoalan yang Banyuwangi hadapi,” kata Ipuk.
Dijelaskannya, salah satu tantangan yang dihadapi daerah adalah kemiskinan. Meski angka kemiskinan di Banyuwangi terendah di Jawa Timur, menurutnya hal tersebut tak bisa didiamkan. Berbagai tantangan global, berkemungkinan besar akan memunculkan kemiskinan baru. Persoalan inilah yang dilemparkan pada anak-anak tersebut.
Keterlibatan anak muda, menurut Ipuk, menjadi faktor penting bagi pembangunan daerah. Kesadaran dan keterlibatan anak muda akan memberikan dampak yang signifikan. “Ini guna memantik kesadaran anak-anak muda untuk terlibat menyelesaikan persoalan. Berhenti mengutuk kegelapan, mari nyalakan lilin,” terangnya.
Respon anak-anak muda tersebut cukup luar biasa. Mereka berebut mengutarakan gagasannya. Ada yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan, pemanfaatan platform digital untuk pemberdayaan ekonomi, hingga peningkatan sport tourism sebagai upaya meningkatkan potensi pariwisata.
Salah satu peserta, Frisky Eka Ramadani, 24 tahun, memberikan gagasan adalah dengan membuka destinasi pariwisata berbasis kearifan lokal. Menurutnya, langkah ini dapat membuka lapangan pekerjaan dan sekaligus mengentas kemiskinan. “Potensi wisata Banyuwangi banyak sekali. Ini bisa terus dikembangkan,” ungkapnya.
Ada juga peserta yang menyoroti penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sejak dini. Ide ini disampaikan Ajeng. Menurunya, dengan penyiapan SDM sejak dini, akan lahir generasi emas yang dapat keluar dari jerat kemiskinan. “Untuk dapat gizi yang baik tak perlu mahal. Asal teredukasi dengan baik, maka tidak akan ada stunting. Anak-anak akan tumbuh lebih hebat lagi,” katanya.