Pemilu Ricuh, Perdana Menteri Kirgizstan Mundur
Perdana Menteri Kirgizstan Kubatbek Boronov mengundurkan diri dari jabatannya, pada Selasa 6 Oktober 2020. Langkah serupa diambil ketua parlemen negara tersebut, Dastan Jumabekov. Keputusan mereka mundur dilakukan saat Kirgizstan dilanda demonstrasi dan kerusuhan menolak hasil pemilihan umum (Pemilu) parlemen.
Boronov adalah sekutu Presiden Kyrgyzstan, Sooronbay Jeenbekov yang pro-Rusia. Ia dan Jumabekov menyerahkan surat pengunduran diri pada pertemuan darurat parlemen di ibu kota Bishkek. Untuk sementara waktu, parlemen menunjuk Sadyr Zhaparov, pendiri partai oposisi Mekenchil, yang kalah dalam pemilu, sebagai plt perdana menteri.
Zhaparov baru saja dibebaskan dari penjara oleh para demonstran. Dia menjalani hukuman 11 tahun dan enam bulan karena menyandera pejabat pemerintah pada 2013.
Selain Boronov dan Jumabekov, Walikota Bishkek dan Osh serta gubernur wilayah Naryn, Talas, dan Issyk-Kul juga mengundurkan diri dari jabatannya. Sebanyak 13 partai oposisi di sana telah membentuk Dewan Koordinasi. Tugasnya adalah mengambil tanggung jawab penuh untuk mencari jalan keluar dari kebuntuan saat ini.
Hasil pemilu parlemen yang dimenangkan dua partai besar Kirgizstan telah memicu protes dan kemarahan. Kabar mengenai korupsi dan pembelian suara mewarnai proses pelaksanaannya.
Sehari setelah diumumkan, ribuan orang turun ke alun-alun Ala-Too untuk memprotes kecurangan, pada Senin 5 Oktober 2020. Kerusuhan yang terjadi kemudian membuat dinas keamanan merespons dengan gas air mata, peluru karet, dan granat kejut terhadap para pengunjuk rasa. Hal itu menyebabkan seorang remaja berusia 19 tahun dan 590 orang lainnya luka-luka.
Para pengunjuk rasa yang mayoritas berpihak pada partai-partai oposisi itu turut menyerbu dan menggeruduk gedung parlemen serta kantor kepresidenan. Sekitar dua ribu orang menjebol gedung Komite Keamanan Nasional, kemudian membebaskan mantan presiden Almazbek Atambayev.