Pemilu Jangan Korbankan Keutuhan Bangsa, Pesan Direktur Spektra
Tantangan yang dihadapi bangsa menyambut perayaan demokrasi -- Pemilihan Umum 2019 -- dengan damai dan tanpa konflik. Pemilu merupakan instrumen demokrasi yang menjadi ritus lima tahunan. Hal itu sebagai syarat rukun lembaga demokrasi.
"Karena itu, Pemilu janganlah mengorbankan kepentingan yang lebih besar yakni kepentingan dan keutuhan bangsa dan negara kita. Kepentingan pragmatis dan jangka pendek, jangan mengorbankan sesuatu yang telah diperjuangkan para pendiri negeri ini sebagai kepentingan yang lebih besar: Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia".
Demikian diungkapkan KH Roni Sya'roni, Direktur Spektra, Surabaya, dalam seminar "Kemajuan Pembangunan dan Tantangannya" di Hotel Alana Surabaya, Kamis 21 Februari 2019. Menghadirkan sejumlah pembicara, Prof Dr Ahmad erani Yustika, staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi, Dr Mohammad Anas, M Phil, dosen FISIP Universitas Brawijaya.
Dalam panel diskusi, KH Abdul Hamid Wachid MSi, Pengasuh Pesantren Nurul Jadid Probolinggo, Diah Agus Muslim, Sekretaris MPW Pemuda Pancasila Jawa Timur, HM Kusnan SE, Ketua Koperasi Peternakan Sapi Perah Setia Kawan Nongkojajar Pasuruan, dan Durrul Izza Al-Fatawi, Ketua Korwil Gempita Jawa Timur. Diskusi dimoderatori Khodafi Msi, dosen UIN Sunan Ampel Surabaya.
"Karena itu, Pemilu janganlah mengorbankan kepentingan yang lebih besar yakni kepentingan dan keutuhan bangsa dan negara kita. Kepentingan pragmatis dan jangka pendek, jangan mengorbankan sesuatu yang telah diperjuangkan para pendiri negeri ini sebagai kepentingan yang lebih besar: Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Roni Sya'roni.
Dalam pengantar diskusi Roni Sya'roni mengatakan, Pemilu menjadi kelembagaan dalam pergantian dan perebuatan kekuasaan. Bagaimana perubahan dan perebutan dilaksanakan dengan koridor regulasi yang ada. demokrasi
"Ini inti pokok Pemilu, Pileg dan Pilpres, bagaimana kita punya kontribusi untuk Pemilu damai dan bersih," tutur aktivis sosial yang telah malang melintang dalam LSM dan organisasi keagamaan, Rabithah Ma'ahidil Islamiyah (RMI) Jawa Timur sebelum reformasi ini.
Pada bagian lain, Roni Sya'roni yang juga Pengasuh Pesantren di Nganjuk ini mengingatkan, maraknya penyebaran ideologi di luar kerangka ketimbangan demografi dan ketimpangan sosial, juga ketimpangan wilayah (Indonesia timur dan tengah). Selain itu, juga masalah lemahnya pertumbuhan ekonomi.
"Semoga seminar ini membawa manfaat bagi kita semua, berkomitmen untuk Pemilu damai, Pemilu tanpa konflik, yang pada akhirnya membawa maslahah bagi kehidupan bangsa Indonesia," kata Roni, mantan Sekretaris Lembaga Perekonomian PWNU Jawa Timur.
Pada kesempatan seminar yang dihadiri pelbagai elemen masyarakat, pemuda, pesantren, aktivis mahasiswa, dan agamawan, mengeluarkan deklarasi pemilu damai.
Dalam Deklarasi Pemilu Damai, Pemilu tanpa Konflik, dibacakan KH Abdul Madjid Fattah dari Lamongan, sekaligus dilakukan Doa Keselamatan Bangsa.
Dalam akhir seminar disorot soal perjalanan bangsa Indonesia dalam mengarungi kenyataan perubahan dunia. Pembangunan bukanlah soal inflasi atau pada akhirnya soal disktribusi keadilan.
Pendidikan menjadi manusia seutuhnya untuk mengabdi pada perintah Tuhan. Segenap elemen masyarakat di Jawa Timur tersebut, berkomitmen untuk keindonesiaan dan menghadapi Pemilu dengan damai, dan tanpa konflik tanpa perpecahan. (adi)
Advertisement