Pemilik Buaya di Mojokerto Dikenal Hobi Pelihara Hewan Reptil
Buaya muara berusia 38 tahun, dipelihara warga Mojokerto dalam sebuah kolam penangkaran di Desa Trawas, Kecamatan Trawas. Pemilik hewan pemakan daging ini dikenal hobi memelihara hewan peliharaan yang tidak biasa, buas dan berjenis reptil.
Dia adalah almarhum Ahmad Sarfii, suami dari Sariati 71 tahun. Mendiang Ahmad Sarfii ini meninggalkan istrinya sejak tahun 2016 lalu. Ia meninggalkan hewan kesayangan, yaitu buaya muara yang diberi nama Bejo.
Menurut Sariati, almarhum suaminya memang hobi memelihara hewan jenis reptil. Di antaranya, buaya muara yang kemarin dievakuasi oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jatim, biawak dan bunglon.
Bahkan hewan jenis reptil peliharaan itu sering kali dibawa saat dia pergi kantor. "Suami saya memang suka reptil, kalau temannya dapat biawak ya diterima. Dulu masih kecil suka dibawa pakai mobil pas dinas kerja, sama suami saya," kata Sariati.
Buaya muara itu dipelihara oleh suaminya sejak tahun 1984. Saat itu ukurannya hanya sekitar 40 centimeter. Hingga saat ini reptil karnivora itu berukuran 1,8 meter, dan berbobot 30 kg.
Sebelum ditinggal suaminya meninggal, buaya yang diberi nama Bejo itu tidak pernah telat makan. Dia diberi suaminya daging ayam setiap harinya. Namun setelah ditinggal mati oleh suaminya, buaya muara itu hanya beri makan kaki dan kepala ayam oleh Sariati.
Sering kali buaya itu juga tak diberi makan saat dia berkunjung ke rumah anak-anaknya. "Saya kasih makan kaki ayam, atau kepala ayam. Kadang kalau ada ayam tetangga mati, ya dikasihkan ke Bejo. Kalau saya ke anak-anak kadang kala takut lupa kasih makan. Sekarang tidak teratur, dulu kalau bapak masih ada tidak pernah telat makannya. Tapi tidak saya hitung habis berapa," ujar Sariati.
Sejak suaminya meninggal dunia sekitar 6 tahun lalu, Sariati tinggal seorang diri di rumahnya. Karena kedua anaknya yang sudah berumah tangga tinggal di rumahnya masing-masing.
Oleh sebab itu, ia khawatir buaya yang dinamai Bejo oleh almarhum suaminya itu lepas, lalu menyerang orang. Terlebih lagi, rumah Sariati berada di tengah permukiman padat penduduk.
Sariati lantas melaporkan keberadaan buaya muara tersebut kepada anggota TNI dan Satpol PP yang kebetulan tadi pagi berkunjung ke kampungnya. Petugas lantas meneruskan informasi tersebut ke Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jatim.
Sementara tetangga dan warga sekitar sudah mengetahui buaya peninggalan almarhum suami Sariati. Warga pun tidak pernah diganggu meskipun rasa khawatir itu ada.
"Ya tau sudah lama sebelah suaminya meninggal. Tidak pernah lepas, cuma ya lebih baik begitu ya diserahkan ke yang berwenang," cetus Mashudi salah satu tetangga.
Bahkan tetangga desa pun mengetahui keberadaan buaya itu. Memang almarhum suami Sariati adalah orang suka bergaul dengan masyarakat. "Wah tau lah, saya dulu sering lihat suami Bu Sariati itu bawa buaya kecil," tegas Mahmud, Warga Desa Ketapangrame, Trawas.
Buaya muara itu berusia 38 tahun, ditempatkan di kolam tanpa air yang ada di belakang rumah Sariati. Adapun kolamnya berbentuk kotak tanpa air dengan ukuran 3 meter x 2,5 meter dengan kedalaman 2 meter.
Evakuasi dilakukan Pengendali Ekosistem Hutan BBKSDA Jatim, Fajar Dwi Nur Aji sekitar pukul 16.00 WIB. Proses evakuasi berlangsung selama 30 menit. Dibantu warga petugas BKSDA Jatim berusaha menjerat leher buaya dengan tali tampar. Setelah itu petugas turun ke kolam penangkaran untuk membungkam mulut buaya dengan lakban hitam.
Lantai kolam yang licin membuat petugas sedikit kesulitan untuk menjinakkan reptil sepanjang 1,8 meter itu. Tak hanya itu tingkah buaya yang agresif membuat dia kewalahan untuk mengevakuasi buaya muara tersebut.
Buaya muara itu dapat dievakuasi dalam kondisi sehat, tidak ditemukan cacat ataupun luka di bagian tubuhnya. Saat ini dibawa ke kandang transit satwa BKSDA Jatim agar dapat diobservasi sebelum dilakukan tindakan lainnya.