Pemilihan Rektor Unair Dilakukan Secara Daring, Masuk Rekor MURI
Pemilihan Prof Mohammad Nasih yang secara aklamasi terpilih kembali menjadi Rektor Universitas Airlangga, dilakukan secara daring. Hal ini menjadikan pemilihan rektor Unair ini mendapat penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).
"Penghargaan MURI ini akan menjadi pengingat bahwa pernah ada pemanfaatan teknologi secara maksimal di Unair untuk pemilihan rektor," ujar Rektor Unair Prof Mohammad Nasih yang menerima penghargaan MURI di sela pelantikannya di Unair Surabaya, Selasa.
Prof Nasih mengakui sempat khawatir apakah Rapat Majelis Wali Amanat (MWA) untuk pemilihan rektor bisa dilakukan, sementara masa bakti rektor juga akan selesai.
Karena itu langkah pemilihan rektor secara daring dilakukan, bahkan sudah tiga periode terakhir Unair membiasakan melakukan musyawarah mufakat dalam pemilihan rektor.
"Jadi kebersamaan kami bisa terus terjaga karena di level perguruan tinggi harus dijauhkan dari aspek politis," ucapnya.
Sementara itu, suasana berbeda tak hanya selama pemilihan rektor Unair secara daring, namun proses pelantikan rektor juga digelar secara berbeda akibat pandemi COVID-19.
Pelantikan yang digelar secara singkat dan menerapkan protokol kesehatan tersebut turut dihadiri direktur, dekan, dan MWA serta Senat Unair.
Secara kuantitatif, kata Nasih, Unair sudah mencapai kemajuan yang luar biasa. Dari sisi akademik yang berkaitan dengan program studi terakreditasi internasional terus ditingkatkan, termasuk dari sisi penelitian, publikasi internasional yang sekarang meningkat hingga berada di posisi ketujuh di Indonesia dengan jumlah publikasi terbanyak.
"Ke depan, kami ingin bukan hanya kuantitas tetapi juga manfaatnya pada masyarakat. Paling tidak dengan akreditasi internasional, lulusan kami akan lebih diterima di perusahaan multinasional," kata Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis ini.
Dalam hal penelitian, lanjut dia, pihaknya juga mendorong agar lebih berkelanjutan dan menargetkan masuk dalam peringkat dunia versi Time Higher Education (THE).
"Baru tahun depan bisa ikut karena publikasi kami sebelumnya masih di kisaran 200. Jika sudah di atas 200 baru bisa masuk peringkat mereka," katanya.
Mengenai penelitian, Prof Nasih mengungkapkan fokus utama peneliti ke depan yaitu ingin segera mendapatkan vaksin COVID-19.
"Kami akan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan konvensional dari teman peneliti di ITD atau Institute Tropical of Disease, kemudian pendekatan dari teman peneliti biomolekuler," katanya.
Di tempat sama, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy yang hadir sebagai undangan memuji proses pemilihan rektor Unair secara daring dan menurutnya patut ditiru kampus lain.
"Saat masa pandemi, langkah ini patut dilakukan dan ditiru kampus lain," tutur pria yang juga anggota Majelis Wali Amanat Unair tersebut.
Muhadjir mengaku telah lama mengenal Prof Nasih dan telah melihat kerja keras serta baktinya sejak jadi wakil rektor hingga menjabat rektor periode pertama.
"Peringkat Unair di tingkat dunia juga naik masuk 500 perguruan tinggi kelas dunia. Ini prestasi luar biasa, semoga Unair bisa lebih melakukan lompatan yang bermakna," kata mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tersebut.
Prof Mohammad Nasih terpilih menjadi Rektor Unair periode pertama tanggal 10 Juni 2015. Lahir di Lamongan, sejak kecil dia aktif ke masjid dan menjadi remaja masjid. Dia pernah menjadi Direktur Keuangan UNAIR dan kemudian diangkat untuk menjabat Wakil Rektor II UNAIR sejak 2010. Moh Nasih dikukuhkan menjadi Guru Besar pada 29 Nopember 2014. Tanggal 10 Juni 2015 terpilih menjadi Rektor Unair, dan hari ini, 16 Juni 2020kembali terpilih untuk masa bakti keduanya. (ant/nis)