Pemijat Balita Berusia 100 Tahun Itu Akhirnya Bisa Berhaji
Banyak jalan menuju Makkah. Salah seorang yang tahun 2024 ini berkesempatan berangkat haji adalah Ngatima, 100 tahun, warga Desa/Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo.
Nenek yang tinggal di Blok Gul-gulan, Desa Leces itu seperti sebagian CJH, bukanlah orang yang berada dari segi ekonomi.
Sehari-hari Ngatima bekerja sebagai dukun pijat anak di bawah lima tahun (balita). Di luar pemijat balita, ia juga bekerja sebagai buruh tani.
"Syukur alhamdulillah, saya ditakdirkan berkesempatan berangkat haji tahun ini," ujar Ngatima di rumahnya, Desa Leces, Jumat, 10 Mei 2024.
Ia terlihat berkaca-kaca ketika menceritakan jerih payahnya menabung sedikit demi sedikit demi bisa melunasi Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih). "Penghasilan dari memijat anak-anak dan butuh tani saya tabung Rp20.000 per hari," katanya.
Lembaran uang itu ia masukkan ke dalam tas plastik (kresek). Ia sengaja tidak menabung uangnya di bank karena nilainya terlalu kecil.
Ngatima pernah mencoba menabung melalui koperasi di desanya. Tetapi ia mengaku kecewa karena tertipu.
Uang sekitar Rp35 juta yang telah disetor ke koperasi itu tidak bisa dicairkan. Akhirnya tabungan berupa kantong kresek itu menjadi pilihan.
Setelah sekian tahun, kresek itu dibuka. Isinya, sekitar Rp27 juta. "Uang dalam kresek itu oleh anak saya kemudian disetorkan ke bank untuk biaya haji saya," katanya.
Di usianya yang seabad, Ngatima ingin segera berangkat haji. Sebenarnya, ia sempat berencana bertolak ke Makkah pada 2021 silam.
Namun karena pandemi Covid-19 masih berkecamuk, perjalanan hajinya tertunda. "Barulah tahun ini saya ada kesempatan berangkat haji," katanya.
Ngatima bersyukur, di usia senjanya tidak sakit-sakitan. Sehingga ketika menjalani proses cek kesehatan, perempuan kelahiran 1924 itu dinyatakan sehat.
Ngatima juga berharap, dirinya mampu menjalankan ibadah hajinya dengan baik. "Saya berdoa, semoga bisa menjalankan ibadah haji dengan baik, selamat hingga pulang ke kampung," ujarnya.
Ngatima mengaku, berangkat haji tanpa didampingi suaminya. "Suami saya sudah meninggal dunia, sekitar 20 tahun lalu," katanya.
Berangkat 19 Mei
Ngatima bersama total 912 calon jemaah haji (CJH) Kabupaten Probolinggo dijadwalkan berangkat haji, Minggu, 18 Mei 2024. Awalnya CJH Kabupaten Probolinggo berjumlah 914 orang. Belakangan, dua orang mengundurkan diri karena tidak bisa berangkat haji bersama mahramnya.
Para CJH Kabupaten Probolinggo akan diberangkatkan dari lokasi wisata miniatur Ka'bah, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo menuju Embarkasi Surabaya. Mereka tergabung dalam Kelompok Terbang (Kloter) 33 sebanyak 366 orang, Kloter 34 sebanyak 366 orang, dan Kloter 35 sebanyak 180 orang yang juga gabungan CJH asal Kota Surabaya.
Analis Perlengkapan Haji Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kantor Kemenag Kabupaten Probolinggo, Ervin Syarif Arifin mengatakan, berdasarkan data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan (Siskohatkes), dari ketiga kloter tersebut, sebanyak 765 CJH masuk dalam kategori risiko tinggi (risti). Sementara sisanya, sebanyak 195 orang, dinyatakan non risti.
Advertisement