Pemerintah Ingin Sejajarkan Muarajambi dengan Borobudur
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menunjukkan keseriusannya dalam revitalisasi Kawasan Cagar Budaya Nasional ( KCBN ) Muarajambi. Bersama pemerintah daerah dan warga setempat Kemendikbusristek ingin menjadikan KCBN Muarajambi sebagai pusat pendidikan serta penguatan ekosistem melalui ekonomi kerakyatan berbasis kebudayaan takbenda. Hal ini sejalan dengan upaya Indonesia mengajukan KCBN Muarajambi sebagai situs warisan dunia.
KCBN Muarajambi ditetapkan sebagai warisan budaya melalui penetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 259/M/2013 tentang Penetapan Satuan Ruang Geografis, Muarajambi.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, mengungkapkan bahwa KCBN Muarajambi merupakan situs dari era Buddhis terbesar, tidak hanya di Indonesia, melainkan di Asia Tenggara.
“Luas totalnya tidak kurang dari 4.000 hektar, jadi dapat dilihat bahwa seperti kota tersendiri, dan sampai saat ini masih ada temuan-temuan baru di lapangan. Jadi dari segi skala arti penting, dan nilai sejarahnya sangat luar biasa,” ujar Hilmar Farid dalam webinar Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB) bertajuk “Revitalisasi Muarajambi sebagai Warisan Nusantara” yang disiarkan melalui kanal Youtube KEMENDIKBUD RI, Minggu 10 Maret 2024.
Kata Hilmar potensi dari KCBN Muarajambi untuk penguatan identitas bangsa ketahanan budaya dan pariwisata sangat luar biasa. Hal tersebut dapat dilihat bahwa situs Muarajambi berasal dari masa Buddhis yang selama beberapa dekade ini dirawat dan dikelola oleh masyarakat Jambi yang mayoritas beragama Islam.
"Ini merupakan bukti dari Bhinneka Tunggal Ika dalam praktiknya, jadi tidak banyak teori dan retorika, tapi sudah dilaksanakan oleh masyarakat turun-temurun, dan itu adalah alasan yang kuat mengapa kita kemudian memilih Muarajambi sebagai fokus untuk tahun ini dalam urusan pelestariannya,” ujar Hilmar.
Ia berharap, revitalisasi KCBN Muarajambi dapat berkontribusi pada kemajuan kebudayaan dan pembangunan masyarakat Jambi, karena dari segi skalanya, revitalisasi KCBN Muarajambi merupakan yang paling besar setelah revitalisasi Candi Borobudur pada tahun 1973. “Candi Borobudur merupakan ikon nasional, bahkan internasional, dan dikenal di seluruh dunia. Maka diharapkan dengan dengan KCBN Muarajambi yang telah direvitalisasi juga bisa menjadi destinasi wisata berbasis budaya dan religi yang termasyhur di seluruh dunia, karena luas dan usianya bahkan lebih daripada Candi Borobudur. Tidak tertutup kemungkinan ke depannya Muarajambi ini juga akan lebih besar,” tutur Hilmar.
Dalam pelaksanaannya, revitalisasi KCBN Muarajambi turut melibatkan berbagai pihak, salah satunya pemerintah daerah. Pada webinar yang sama, Gubernur Jambi, Al Haris, menyampaikan bahwa revitalisasi KCBN Muarajambi membuka kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai candi. Masyarakat yang tinggal di sekitar KCBN Muarajambi pun sudah mempelajari sejarah keberadaan candi.
“Masyarakat sudah mulai menyadari arti penting dari candi ini, dan juga sejarah historisnya. Kita berharap masyarakat juga dapat ikut menjaganya bahkan bisa ikut melestarikan candinya. Sehingga candi ini tidak hanya sesuatu yang ada di Jambi, tapi dapat bernilai dan bermanfaat bagi masyarakat,” ujar Al Haris.
Al Haris menambahkan, bahwa pemerintah Provinsi Jambi turut mendukung proses revitalisasi KCBN Muarajambi. Ia berharap, program-program pemerintah pusat yang sedang dilaksanakan dapat terus berlanjut dengan baik. “Kami dari pemerintah Provinsi Jambi akan terus mendukung apa yang dapat kita lakukan, sehingga program-program pemerintah dapat berjalan dengan baik,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Kemingking Luar, Kabupaten Muaro Jambi, Dedi Rahmad, mengungkapkan bahwa revitalisasi KCBN Muarajambi mendapatkan respons yang sangat baik dari masyarakat sekitar. “Masyarakat sangat antusias, karena revitalisasi ini turut melibatkan masyarakat sekitar dalam membangun candi. Selain itu, kapasitas masyarakat berupa sumber daya manusianya juga dibangun sehingga masyarakat sangat antusias,” kata Dedi.
Selain itu, Dedi turut menyampaikan komitmen masyarakat sekitar dalam menjaga keberlanjutan lingkungan sekitar KCBN Muarajambi selama proses revitalisasi. “Semenjak revitalisasi dilakukan, kami, masyarakat, sudah banyak menanam pohon untuk penghijauan, penyebaran benih-benih ikan endemik di kanal-kanal kuno untuk melestarikan kanal-kanal, dan melibatkan masyarakat untuk membangun tempat-tempat kebudayaan supaya bisa dikembangkan lagi,” ujar Dedi.
Revitalisasi dan pengembangan KCBN Muarajambi diharapkan tidak menghilangkan esensi pedesaannya dan masyarakat tetap menjadi aktor utama dalam pengelolaannya. Selain itu, pembangunan KCBN Muarajambi juga bertujuan untuk mengedukasi masyarakat bahwa kebudayaan bukan sekedar cagar budaya dan seni tari, lebih dari itu, kebudayaan adalah metode dalam pembangunan dan menyiapkan fondasi dasar bagi kemajuan bangsa.
Ngopibareng.id yang mendapat undangan khusus dari Kemendikbudristek meninjau langsung KCBN Muarajambi pada 5 Februari 2024, Situs Muarajambi berpotensi menjadi destinasi wisata kelas dunia di samping Candi Borobudur Magelang dan Candi Prambanan di Yogyakarta. Sebab dari segi karakteristis
antara Candi di Borobudur dengan situs Muarajambi ada kemiripin. Yang membedakan lokasinya terpencar di sekitar titik. Bahkan ada sebagian yang masih terkubur tanah.
Advertisement