Pemerintah India Larang Minum Kopi dan Teh, Ini Alasannya
Pemerintah India meminta warganya untuk tidak minum teh, kopi, dan alkohol. Larangan serius itu menyusul adanya gelombang panas yang melanda negara itu.
Pemerintah menyebut, rumah sakit di seantero Negara Bagian Rajashtan terjadi peningkatan dalam jumlah besar kasus sengatan panas. Kasus terjadi pada Selasa, dan suhu panas itu terus meningkat di wilayah-wilayah utara India.
Sejak empat hari lalu, di Kota Churu, Rajashtan, suhu udara menembus 50 derajat Celcius. Ini terjadi setidaknya dua kali dalam empat hari terakhir. Pendingin dan pot tanah liat yang diisi dengan air ditinggalkan di halte bus dan tempat-tempat umum lainnya.
Sejumlah kematian karena peningkatan suhu panas itu juga telah dilaporkan di Rajasthan. Juga negara-negara bagian tetangga yang terjebak dalam gelombang panas.
Di rumah sakit pemerintah Churu, 10 pasien dirawat karena sengatan panas.
Sanjay Kumar, seorang guru yang telah dirawat di rumah sakit akibat sengatan panas mengatakan bahwa suhu yang panas membuatnya tidak dapat pergi ke mana-mana.
"Aku muntah-muntah. Seluruh tubuhku terbakar dan aku tidak bisa pergi ke mana pun karena suhunya sangat tinggi. Suhu sangat panas sehingga kami merasa membawa sesuatu yang terbakar," kata Kumar, dilansir AFP, Rabu 5 Juni 2019.
Suhu panas yang meninggi tak hanya mempengaruhi manusia. Suhu tinggi yang melanda utara India itu juga berdampak pada hewan.
Narendra Kumar, yang memiliki peternakan sapi perah di dekat Churu, mengatakan, dia terbiasa dengan suhu tinggi setiap tahun sebenarnya, tetapi panas kali inj membuat sapi-sapinya menderita.
Suhu di Churu yang berdekatan dengan Gurun Thar sempat turun. Turun dua digit sampai 48 derajat Celcius pada Selasa. Sebelumnya suhu mencapai 50,3 derajat Celcius pada Senin dan 50,6 derajat Celcius pada Sabtu.
Pihak berwenang khawatir bahwa India dapat memecahkan rekor suhu 51 derajat Celcius, yang terjadi di Phalodi, Rajashtan pada Mei 2016. (*)
Advertisement